Kementan akan Produksi secara Massal Kalung Antivirus Corona, Tompi Sebut Keputusan itu Tak Bijak

- 6 Juli 2020, 09:00 WIB
Tompi.*
Tompi.* /Instagram.com/@dr_tompi

PR TASIKMALAYA - Mentan Syahrul Yasin Limpo, Jumat 3 Juli 2020 lalu, memamerkan inovasi kalung antivirus corona untuk atasi pandemi tersebut.

Namun ternyata hal itu justru menjadi perbincangan publik yang menganggap Mentan meremehkan pandemi yang sudah menjangkiti lebih dari 11,5 juta orang itu.

Bahkan, Mantan penyanyi cilik kenamaan, Sherina Munaf gusar dan menyebut kementan menganggap virus corona seperti nyamuk.

Baca Juga: Geram dengan Kelakuan Netizen Indonesia Soal Guyonan Upin & Ipin, Warga Malaysia: Kami Membencinya!

Sementara itu, kementan sendiri menyangkal semua keraguan dan mengklaim khasiat-khasiat dari kalung berbahan dasar daun atsiri itu.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Fadjri Djufry menegaskan bahwa kalung itu sudah lakukan uji efektivitas, secara laboratorium, secara ilmiah.

Fadjri mengklaim minyak atsiri Eucalyptus citidora mampu menginaktivasi virus flu burung (avian influenza) H5N1, gamma coronavirus, dan betacoronavirus.

Hasil tersebut didapatkan lewat uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan.

Baca Juga: Virus Corona Bukan Satu-satunya Musibah yang Ada di Jawa Barat, DBD Kini Kian Merajalela

"Setelah kita uji ternyata Eucalyptus sp yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus mulai dari avian influenza hingga virus corona model yang digunakan," klaimnya lagi.

Kementan berniat untuk memproduksinya secara massal lewat perusahaan swasta, namun upaya itu mendapat kritikan dari berbagai phak termasuk Tompi.

Laki-laki yang berprofesi sebagai penyanyi sekaligus dokter itu mengakui bahwa produk tersebut memang sudah diteliti.

Baca Juga: Bergerombol di Puncak Gunung Usai Dengar 'Geraman Naga', Para Ahli Klaim itu Suara Makhluk Kecil

Namun meski begitu, ia menyatakan hal itu membutuhkan penelitian lebih lanjut lagi.

"Ada research yang melaporkan, namun masih butuh penelitian lebih lanjut. Membuatnya langsung sebagai alternatif pengobatan dalam jumlah besar enggak bijak," tulis Tompi di akun Twitternya, @dr_tompi 5 Juli 2020.*** (Mahbub Ridhoo Maulaa)

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x