Muncul Dugaan Virus Corona Hasil Konspirasi, Begini Penjelasan Peneliti Dalam Negeri

- 28 Mei 2020, 20:25 WIB
Ilustrasi pandemi virus corona (Covid-19).
Ilustrasi pandemi virus corona (Covid-19). /- Foto: Pixabay/fernandozhiminaicela

PIKIRAN RAKYAT – Seiring berkembangnya terus wabah Covid-19 di seluruh penjuru dunia, banyak yang berasumsi sekaligus sempat dicurigai virus tersebut hal yang disengaja atau paling tidak karena ada kelalaian.

Bahkan sempat beredar video dan narasi di media sosial mengenai kecurigaan sejumlah pihak mengenai adanya konspirasi di balik terjadinya Covid-19.

Kecurigaan tersebut salah satunya menuding wabah ini sebagai bagian dari program senjata biologi rahasia Tiongkok.

Baca Juga: Sah! PSBB Tasikmalaya Tak Diperpanjang, New Normal Jadi Pilihan

Teori ini menyebut virus Corona baru pembunuh berasal dari laboratorium di Wuhan.

Teori lainnya, pendapat ilmuwan bernama dr. Judy Mikovits yang mengatakan pandemi corona dibuat perusahaan farmasi besar.

Pengusaha Bill Gates dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dituduh sebagai biang kerok penyebaran Covid-19.

Benarkah konspirasi memang terjadi?

Baca Juga: Anggaran Tiada, Taman Alun-alun Singaparna Kian Merana

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Antara, Peneliti virus dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, dr. Rizalinda Syahril mengatakan belum ada pembuktian mengenai hal ini.

"Saya dan peneliti lain sepakat belum ada bukti yang mendukung konspirasi tersebut. Ada beberapa video dan narasi di WhatsApp yang menyatakan kecurigaan pada konspirasi. Hal ini mungkin bisa terjadi, tapi kita tidak ada bukti," ujar dia di sela diskusi via daring mengenai Covid-19, Kamis 28 Mei 2020.

Kata Rizalinda secara alami virus SARS CoV-2 mungkin mengalami evolusi sehingga jika virus ini bisa bertahan melawan seleksi alam, justru akan menimbulkan penyakit.

Baca Juga: Sambut New Normal, MUI Minta Masjid Tak Kalah dari Mal dan Bandara

Ternyata virus ini pernah menginfeksi mamalia dan burung, lalu memunculkan gejala enteritis pada sapi dan babi.

Virus yang sudah dikenal sejak 1965 itu, menyerang sapi dan babi kemudian menimbulkan gejala seperti pendarahan, demam, muntah hingga keluarnya cairan-cairan seperti lendir dari rektum.

Tidak sampai disitu, virus tersebut menyebabkan infeksi saluran napas atas pada ayam dan manusia.

Baca Juga: Protokol Kesehatan Covid-19 Kini Makin Lengkap, KPPPA Luncurkan Panduan Khusus Perlindungan Anak

"Virus menyebar ke berbagai wilayah, Amerika, Eropa, disebabkan transmisinya tidak dihentikan akhirnya mengenai banyak daerah," kata Rizalinda.

Dari sisi karakteristik, SARS CoV-2 memiliki kecepatan transmisi 2-3,5 yang berarti 2-4 orang akan sakit karena 1 orang yang terinfeksi dengan sifat super spreader artinya mudah sekali menular.

"Virus juga super shredder, ketika ada virus di tubuh orang, virus dikeluarkan dari saluran napas atau lainnya sekalipun tanpa gejala, 12,6 persen penularan terjadi sebelum ada gejala pada pasien sumber. 2-3 hari orang sudah bisa sakit sejak bertemu orang sumber infeksi," jelas Rizalinda.

Baca Juga: Sah! PSBB Tasikmalaya Tak Diperpanjang, New Normal Jadi Pilihan

Kemampuan transmisi pragejala menjadi alasan mengapa sangat penting melakukan social distancing dan tidak berkumpul di tempat ramai.

Cara penularan virus pun dari orang ke orang lain melalui percikan dari batuk atau bersin, airborne atau tindakan yang memunculkan aerosol, sentuhan fisik, kemudian penularan dari orang tanpa gejala dan dari hewan peliharaan.***

Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x