Menurutnya, diksi 'bersiap' sering dipahami secara sempit sebagai kekerasan “antikolonial” pasca proklamasi.
Hal itu oleh warga terjajah terhadap orang Belanda atau warga lain yang dianggap sekutunya.
"Sejumlah kesaksian, misalnya jurnalis Indonesia Kwee Thiam Tjing dalam bukunya Indonesia dalem Api dan Bara," tulisnya.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Lihat Kucing atau Tikus? Pilihan Gambar Anda Ungkap Karakter Pasangan yang Dicari
"Juga beberapa saksi mata yang berkisah secara lisan kepada saya memberikan gambaran lebih luas," tambahnya.
Lebih lanjut, terkait pelaku, korban dan motivasinya beraneka macam.
Menurutnya, ada faktor politik, ada dendam rasial, ada kekerasan seksual, ada berbagai penjarahan harta tanpa muatan politik atau rasisme tapi kelas sosial.
Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Viral, Presiden Jokowi Rayakan Imlek Tanpa Prokes?
Di sisi lain, banyak pihak meyakini keturunan Indo (Eropa-Indonesia) menjadi korban utama, walau ada kemungkinan korban orang Indonesia justru lebih besar.
Dirinya menuturkan bahwa Bonnie menolak istilah “Bersiap” karena menurutnya istilah itu selalu menampilkan pelaku kekerasan semata hanya orang Indonesia yang dipersepsikan biadab.