PR TASIKMALAYA – Dalam rangka Hari Lahir NU ke-96 ada baiknya kita tilik teladan kebaikan dari salah satu tokohnya, mendiang ‘Ajengan Cipasung’ KH Ilyah Ruhiat.
NU dan KH Ilyah Ruhiat memiliki tanggal lahir yang sama yakni 31 Januari, hanya berbeda di tahunnya. NU di tahun 1926, sedangkan sang ajengan Cipasung 1934, sewindu setelahnya.
Ajengan Cipasung, KH Ilyas Ruhiat memulai karier ke-NU-an di tahun 1954 sebagai ketua IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) Tasikmalaya.
Dalam Konferensi Besar NU tahun 1992 di Lampung, anggota yang datang memilih ajengan Cipasung KH Ilyas Ruhiat untuk menjadi Pejabat Pelaksana Rais Aam.
Saat itu, KH Ilyas Ruhiat sendiri bukan pilihan utama Gus Dur alias KH Abdurrachman Wahid, tokoh NU paling berpengaruh saat itu.
Prestasi dan teladan KH Ilyas Ruhiat mencuat ketika terpilih menjadi Rais Aam PBNU di tahun 1994 melalui Muktamar NU Cipasung yang sangat dramatik.
Melalui gaya kepemimpinannya, beliau berhasil menjaga keseimbangan dan komunikasi antara NU dan pemerintah saat itu ketika Gus Dur berusaha ‘dihambat’ gerak-geriknya.