SBY: Malam itu Cikeas Bagai Kota Mati, Sejumlah 'Sahabat' Melukaiku

- 19 Maret 2021, 08:10 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) /ANTARA/Hafidz Mubarak A

”Kuyakini, inilah tuntunan yang kedua. Aku makin khusyuk dalam kontemplasi yang kulakukan. Malam semakin larut. Seolah bumi berhenti berputar. Desiran angin dan pepohonan di depan rumahku pun tak lagi kudengar. Aku bersyukur, karena semua pertanyaan bathin yang kusimpan dalam hati sanubariku... satu-satu telah mendapatkan jawabannya,” SBY.

SBY menjelaskan bahwa masa kini adalah era politik pasca kebenaran. Yang artinya, politik tanpa disertai kebenaran. Terlalu banyak fitnah, pembunuhan karakter, berita bohong serta muslihat dan tipu daya.

Bahkan SBY menuturkan terlalu banyak yang berduka dan menjadi korban. Yang pada dasarnya uang dan kekuasaan yang menyatukan, yang menjelma menjadi kekuatan maha dahsyat yang bisa melindas dan menggilas siapa saja.

Baca Juga: Tanggapi Pernyataan Anies Baswedan soal Target 2030-2050, Ferdinand Hutahaean: Bicara GRK Tak Bisa ‘Sok Bisa’!

"Menghalalkan segala cara bukanlah sebuah aib dan pertanda matinya etika. Di tengah suasana seperti itu, engkau dan para pemimpin partai yang saat ini tengah mencari keadilan, mesti berbangga karena kalian tak tergoda untuk mudah berburuk sangka," tutur SBY.

"Menuduh sembarangan. Sifat yang tidak suudzon, adalah sifat yang terpuji. Sebagian orang memang mengatakan bahwa jika kita hidup di zaman edan, jangan bersikap dan bertindak waras karena pasti tidak mendapatkan apa-apa," kata SBY.

Namun, SBY mengatkan bahwa jalan seperti itu bukan yang seharusnya dipilih kau. Yang mengakibatkan apa yang dihadapi satu keniscayaan partai yang kau sayangi sering terguncang dan tersandung-sandung. Salah satu konsekuensi memang.

Baca Juga: Sayangkan Keputusan BWF, Owen Jenkins: Atlet Bulu Tangkis Indonesia Paling Berbakat

"Namun, jika itu yang kau pilih, yakinkan semuanya kuat, tabah dan tegar, baik lahir maupun bathin. Hidup tak seindah bulan purnama. Hidup memerlukan kesabaran dan pengorbanan," SBY.

SBY kembali menjelaskan tuntunan yang ketiga yang diyakininya. Renungannya semakin dalam. Dirinya tidak mengingat lagi, sudah berapa lama berada dalam dunia kalbu yang penuh keheningan itu. Bahkan alampun seakan menemani dan ikut berempati.

”Aku tahu ada keresahan yang ada dalam pikiranmu. Bagaimana jika hukum tidak berpihak kepada yang benar. Bagaimana pula jika ada jarak yang menganga antara hukum dan keadilan. Kau tidak berdosa jika mencemaskan itu, karena kau berpijak di alam nyata,” SBY.

Halaman:

Editor: Tita Salsabila


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah