Tanggapi Sikap Masyarakat yang Selalu Nyinyir, Sri Mulyani: Tanpa Utang, Negara Kita Bisa Miskin

20 Juli 2020, 11:00 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani.* //Instagram/@smindrawati

PR TASIKMALAYA - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, di Indonesia pembahasan utang bisa bermacam-macam dimensinya.

Sebagian masyarakat menyebut utang itu haram dan riba, ada yang benci, dan ada yang tidak bisa menerima seolah utang itu mengkhawatirkan.

Menanggapi hal itu, Sri Mulyani pun kemudian angkat bicara.

Baca Juga: Terima Informasi dari Intelijen, Joe Biden Sebut Rusia Terus Turun Tangan untuk Pengaruhi Pemilu AS

"Mengelola keuangan negara itu ada penerimaan, belanja, pembiayaan termasuk investasi. Dari sisi penerimaan sumbernya apa saja? Dari pajak, bea cukai, penerimaan negara bukan pajak, juga hibah bisa jadi penerimaan," kata Sri Mulyani, Sabtu 18 Juli 2020.

Menurutnya, jika sebuah negara semakin kuat, penerimaan pajak pun akan semakin besar.

Penerimaan pajak ini bisa berasal dari korporasi, usaha besar, usaha menengah dan kecil, semua kegiatan dari para pekerja mulai dari Aparatur Sipil Negara hingga guru dan masyarakat swasta.

Baca Juga: Punya Hubungan yang Sangat Erat, RUU BPIP dan Kasus Djoko Tjandra Jadi Urgensi di Tanah Air Saat ini

"Kalau bicara kita punya utang, kita juga perlu melakukan pengumpulan pendapatan dari berbagai sumber. Kalau sudah dapat penerimaan itu, kita juga bicara belanja. Belanja untuk apa saja negara sebesar Indonesia," ujarnya bertanya.

Artikel ini Pernah tayang di Warta Ekonomi dengan judul Sri Mulyani Buka-bukaan Bahaya RI Tanpa Utang: Bisa Miskin!

Salah satu yang utama bagi masyarakat adalah pendidikan, apalagi konstitusi mengatur untuk alokasi pendidikan harus sebesar 20 persen.

Baca Juga: Tambahan Pasien Covid-19 Terus Menaik, Angka Kasus Virus Corona di Indonesia Lampaui Tiongkok

Selain itu, belanja negara dialokasikan untuk sektor kesehatan, bagaimana mengurangi kemiskinan, membangun infrastruktur, riset dan teknologi, pertahanan alutsista, dan masih banyak lagi.

Jika belanja lebih banyak dari pendapatan yang bisa dikumpulkan, ia mengatakan bahwa negara dalam hal itu, mencari utang.

"Utangnya untuk apa dulu, kalau untuk infrastruktur menjadi baik supaya anak bisa sekolah, tidak menjadi generasi yang hilang, itu adalah kebijakan," ujarnya.

Baca Juga: Takut Dibunuh, Ilmuwan Hong Kong Kabur ke AS untuk Ungkap Rahasia Tiongkok Soal Virus Corona

Dengan tidak berhutang, Sri Mulyani menyebut bahwa kebutuhan infrastruktur akan terus tertunda.

"Kalau enggak utang, berarti kita menunda semua kebutuhan infrastruktur, pendidikan, kesehatan misalnya. Jadi, negara kita isinya 260 juta jiwa, tapi anak-anaknya kurang sekolah, kurang gizi, bisa miskin," ungkapnya.

Ia mengakui, ketika berbicara soal utang negara, banyak masyarakat yang sensitif dan cenderung menggunakan nada benci.

Baca Juga: Sebut Kasus Editor Metro TV sebagai Pembunuhan Berencana, Ahli Hukum: Pasti Ada Celah Kejahatannya

Padahal, menurutnya, ketika berbicara soal kebijakan itu, tidak perlu menggunakan kebencian terlebih bahasa kasar.

Bahkan, ia menyebut semua negara di dunia, termasuk negara-negara Islam, juga memiliki utang luar negeri.

Ia membeberkan beberapa negara di antaranya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Tunisia, Maroko, Pakistan, Afghanistan, Kazakhstan, dan negara-negara Islam di Afrika.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler