Ini Penyebab Terjadinya Kasus Babarsari di DIY

6 Juli 2022, 15:05 WIB
Polda DIY menjelaskan alasan atau penyebab terjadinya kasus Babarsari di Sleman, DIY, pada 4 Juli 2022.* /Twitter @txtfromjogja

PR TASIKMALAYA - Kasus Babarsari telah terjadi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Senin, 4 Juli 2022 kemarin.

Secara kronologis, kasus Babarsari telah mengakibatkan kerusakan pada sejumlah ruko dan sepeda motor.

Sementara itu, Polda DIY menduga kasus Babarsari sebagai buntut dari keributan antarkelompok yang terjadi di salah satu gedung karaoke.

Terkait meletusnya kasus Babarsari, Derajad Sulistyo Widhyharto akhirnya mulai angkat bicara.

Baca Juga: Tes IQ: Anak-anak Polos Jawab Soal Ini dengan Mudah! Coba Temukan Sesuatu yang Berbeda pada Gambar Ini

Menurut Derajad, meletusnya kasus Babarsari akibat pola pertumbuhan di wilayah DIY disamaratakan dengan wilayah kota metropolis.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menilai wilayah DIY sudah tidak terlihat istimewa lagi secara regulasi.

Regulasi di wilayah DIY disamaratakan dengan wilayah kota metropolis seperti Jakarta dan Surabaya.

Akibatnya, wilayah DIY tidak dapat tumbuh secara istimewa, terutama di kawasan keraton.

Baca Juga: Ms Marvel Episode 5: Jam Tayang dan Link Nonton Sub Indo Minim Iklan

Menurut Derajad, wilayah daerah istimewa itu sebenarnya sangat membutuhkan ketenangan agar sesuai dengan julukannya yaitu kota pelajar.

Selain itu, wilayah kota pelajar itu juga perlu memperbanyak fasilitas bagi mahasiswa seperti ‘co-working space’.

Namun, sejumlah fasilitas yang justru tumbuh di wilayah itu seperti gedung karaoke, hotel, hingga apartemen.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman ANTARA pada 6 Juli 2022, regulasi di wilayah DIY seharusnya terfleksi dari kondisi masyarakat.

Baca Juga: Taika Waititi Beri Bocoran Ending Film Thor: Love and Thunder

Salah satu hal yang perlu diregulasikan seperti penerapan kembali jam belajar di wilayah DIY yang sudah tidak berlaku lagi.

Menurut Derajad, penerapan jam belajar seharusnya menjadi hal yang teristimewa bagi masyarakat DIY.

“Ke depan regulasi yang ada mestinya diadaptasikan dengan konsep istimewanya Yogyakarta. Kalau istimewa bagi pelajar adalah jam belajar, ini harus diperhatikan,” ujar Derajad.

Selain itu, sistem perekonomian juga harus tumbuh secara inklusif selaras dengan budaya di wilayah yang menerima perbedaan suku dan adat itu.

Baca Juga: Tes IQ: Ada Gadis Muda, Manusia Cerdas Berbudi Pekerti Luhur Menemukan 2 Wanita Secepat Kilat

Menurut Derajad, permasalahan sistem ekonomi terjadi lantaran tidak berpijak pada sistem kultur di tengah masyarakat setempat.

“Justru yang kami lihat ekonomi di Yogyakarta ‘kan sepertinya merespons perkembangan kota besar, padahal kota-kota besar ‘kan kehidupan ekonominya cenderung eksklusif,” ujar Derajad.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler