Mengapa Jakarta Diprediksi Menjadi Kota yang Paling Cepat Tenggelam di Dunia? Ini Penjelasannya

5 April 2021, 14:27 WIB
Penjelasan lengkap terkait alasan Jakarta diprediksi akan menjadi kota yang paling cepat tenggelam di dunia.* /Instagram.com/@aniesbaswedan

PR TASIKMALAYA – Jakarta, Ibu Kota Indonesia yang diprediksi menjadi kota yang paling cepat tenggelam di dunia.

Pasalnya, Jakarta merupakan salah satu kota yang rawan banjir, bahkan rata-rata ketinggian banjir setiap tahunnya mencapai 10 sentimeter.

Bahkan selama kurun waktu 10 tahun terakhir, beberapa wilayah di Jakarta Utara yang sangat rawan banjir, tanahnya telah tenggelam sedalam 2,5 meter.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Mingguan 5-11 April 2021: Aries Dipenuhi Kejutan hingga Gemini Temui Ketidakpastian

Seperti yang dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Channel New Asia, Forum Ekonomi Dunia bahkan telah memberikan peringatan bahwa Jakarta merupakan salah satu kota yang paling cepat menghilang di dunia.

Hal tersebut diperkuat dengan fakta bahwa, hampir separuh kota Jakarta ketinggiannya berada di bawah permukaan laut.

Penyebab beberapa wilayah di Jakarta ketinggiannya berada dibawah permukaan laut di antaranya, karena ekstraksi air tanah yang berlebihan untuk minum dan penggunaan komersial lainnya.

Baca Juga: Rocky Gerung Kritik Presiden Jokowi Hadiri Pernikahan Atta-Aurel: Bukan Pernikahannya yang Bermasalah

Proses ekstraksi tanah terjadi ketika air dipompa keluar dari akuifer bawah tanah, kemudian tanah yang berada di atasnya perlahan mulai tenggelam.

Tahun 2020, penduduk Jakarta kekurangan akses air ledeng. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang menggunakan ekstraksi air tanah.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika proses ekstraksi air tanah menjadi semakin cepat.

Baca Juga: Sri Mulyani Siap Gelontorkan Rp 17 Triliun per Tahun Demi Lancarnya Internet di Pelosok Desa

Kepala Pusat Konservasi Air Tanah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Isnu Sulistyawan mengatakan bahkan ekstraksi secara ilegal merupakan cara termudah dan termurah untuk mengambil air.

“Karena sekali Anda mengebor, air dapat diambil (dari sumur) tanpa membayarnya. Pengambilan air tanah tidak mudah untuk dipantau, karena lubang bor mungkin tersembunyi dan sulit ditemukan,” ujarnya.

Selain proses ekstraksi air tanah, Isnu Sulistyawan juga menyebutkan adanya aktivitas tektonik dan beban bangunan yang berat, yang diduga menjadi pemicu permukaan tanah berpindah dan tenggelam.

Baca Juga: Kalahkan Sederet Aktor Tampan, Presiden Rusia Vladimir Putin Dinobatkan sebagai Pria Terseksi

Pendapat lainnya datang dari Pulung Arya Pranantya selaku peneliti di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI.

Pulung Arya Pranantya mengatakan, adanya pembangunan baru di Jakarta, kemungkinan berdampak pada tanah lunaknya.

“Sangat mungkin bahwa bangunan saat ini memiliki bobot yang lebih besar dari yang mereka lakukan di masa lalu, dan sangat mungkin bahwa beban ini menyebabkan penurunan permukaan tanah yang lebih cepat,” pungkasnya.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler