Len Industri Sebut PLTS Indonesia Kalah dari Vietnam, Ferdinand: Menteri ESDM Irit Kerja

22 Januari 2021, 16:45 WIB
Kolase Foto Ferdinand Hutahaean dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif / /instagram.com//@ferdinand_huthaean//@kesdm

PR TASIKMALAYA ­­– Mantan Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean kembali mengungkapkan kritik pedasnya terhadap kinerja Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESMD) Republik Indonesia.

Menteri ESDM kini diduduki oleh Arifin Tasrif, yang mendapat kritik tajam dari Ferdinand Hutahaean yang menilai irit kerja, irit mikir bahkan irit inovasi.

Ferdinand mengkritik Menteri ESDM terkait Indonesia yang kalah dengan Vietnam soal pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Baca Juga: Tagar TangkapMadam Trending di Twitter, Rocky Gerung: Tunggu KPK Buka Tabir

Hal tersebut Ferdinand sampaikan dalam cuitan akun Twitter @FerdinandHaean3 pada Jumat, 22 Januari 2021.

Bagaimana tidak kalah, Menteri ESDM nya irit kerja, irit mikir, irit inovasi dan tak punya greget,” tulis @FerdinandHaean3 seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com.

Tangkap layar unggahan Twitter Ferdinand Hutahaean Twitter.com/FerdinandHaean3

Sebelumnya Direktur Strategi Bisnis dan Portofolio PT Len Industri (Persero) Linus Andor Mulana Sijabat dalam video conference ­mengatakan bahwa Indonesia kalah dalam mengembangkan PLTS dengan negara tetangga.

Baca Juga: Kunjungi RSUD Soekarjo Tasikmalaya, Ridwan Kamil Beri Dukungan Pasien Covid-19

Hal tesebut disampaikan dalam pertemuan virtual kerja sama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
(Persero)

Dengan PT LEN Industri (Persero) soal pembiayaan dan pemasangan sistem PLTS, dalam siaran YouTube Dewan Energi Nasional, Kamis 21 Januari 2021.

“Dari segi produk sudah siap yang belum siap pendanaan,” ucap Linus seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com.

Baca Juga: Aldi Taher Yakin Masuk Surga, Teddy: Banyak yang Kaya Gini, Tapi Dia Tidak Memaki Orang

"Negara lain, Filipina aja yang politiknya kayak gitu dia sudah 2 Gigawatt. Vietnam sekarang sudah 5,9 Gigawatt dan on going project 10 Gigawatt, jadi saya kira kita banyak tertinggal," tambahnya.

Selain itu Linus juga mengatakan bahwa lambatnya pengembangan PLTS di Indonesia disebabkan oleh tingginya harga solar panel yang berpangkal dari kecilnya kapasitas produksi.

"Di negara lain juga sudah ekonomis, cuma kita sekarang bagaimana masih belum. Memang kalau dibikin sedikit-dikit, 1 Megawatt, 1 Megawatt, enggak ekonomis, harganya pasti mahal," ucap Linus.***

Editor: Tita Salsabila

Tags

Terkini

Terpopuler