Timbulkan Tanya, AM Hendropriyono Jelaskan Maksud dari 'Mabuk Agama'

26 Desember 2020, 15:13 WIB
Mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono. /Instagram.com/@am.hendropriyono

PR TASIKMALAYA – Jenderal Purn AM. Hendropriyono berbicara soal radikalisme dan Habib Rizieq Shihab (HRS) beserta pengikutnya.

Hal itu disampaikan Hendro saat diwawancarai Karni Ilyas. Menurutnya, radikalisme akan tumbuh subur karena masyarakat yang mabuk agama.

“Jadi kalau HRS masih saja berkobar-kobar mengibarkan radikalisme, radikal di sini konotasinya yang menyukai kekerasan, anarkisme, dan ini juga akan subur kalau tanahnya subur,” pungkasnya.

Baca Juga: Maroko jadi Negara Arab Keempat yang Resmi Jalin Kesepakatan dengan Israel

Hendropriyono menjelaskan, tanah yang subur bagi radikalisme adalah masyarakat yang mabuk agama.

“Tanah yang subur untuk radikalisme adalah, masyarakat yang mabuk agama,” tandasnya.

Seolah tahu pernyataannya soal 'mabuk agama' menimbulkan tanya, lewat cuitan di akun Twitter pribadinya, Hendro menjelaskan maksud dari kalimat tersebut.

Baca Juga: Dorong Pemulihan Ekonomi Tahun 2021, Menko Airlangga Yakin Lapangan Kerja Dapat Terbuka Lebar

“Minggu lalu saya diwawancara di Karni Ilyas Club @karniilyas Saya statement soal Mabuk Agama, yang saya maksud mabuk itu tidak sadar.

"Tidak sadar sehingga tidak ada disiplin sosial. Sila Ketuhanan nomor 1 harus dilaksanakan sesuai sila ke-2, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab,” tulis Hendro seperti yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari akun Twitter @edo751945.

Lebih lanjut Hendropriyono menegaskan, Pancasila terlahir karena agama, bukan justru sebaliknya.

Baca Juga: Bosan Kurus? Berikut 6 Makanan Sehat yang Dapat Bantu Menaikkan Berat Badan

“Ingat bahwa Pancasila justru lahir karena adanya agama, bukan di atas agama. Karena itu beragama harus bikin orang sadar, bukan sebaliknya,” sambungnya.

Hendropriyono selanjutnya mengimbau agar disiplin dan tunduk pada aturan.

"Sadar untuk berdisiplin, tunduk pada aturan. Pancasila menempatkan Ketuhanan YME (Yang Maha Esa), itu yang paling atas. Itu yang diyakini dalam semua agama. Harus dijabarkan dalam pelaksanaan sila sila yang lain,” lanjutnya.

Baca Juga: Orang yang Telah Terinfeksi Covid-19 Direkomendasikan untuk Menerima Vaksin, ini Alasannya

Hendropriyono juga menyebutkan, bagaimana mungkin beragama jika mebunuhi orang lain.

“Mana bisa kita beragama jika mebunuhi orang lain? Itu namanya tidak sadar. Mabok!,” tulisnya.

Ia menjelaskan, bukan berarti karena beragama justru malah tidak Pancasila. Maka beriman harus, namun tidak mabuk agama.

Baca Juga: Pasokan Vaksin Diborong Negara Makmur, Paus Fransiskus: Dahulukan yang Rentan dan Membutuhkan

“Kita harus beragama sesuai pancasila, kita harus beriman, tapi jangan mabuk. Karena mabuk, akibatnya tidak disiplin. Jangan mengibarkan kebebasan terus menjadi liar, ini yang saya khawatirkan,” tuturnya.

***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Twitter @edo751945

Tags

Terkini

Terpopuler