Saat itulah, balita gizi buruk biasanya dititipkan kepada nenek atau kakek bahkan kerabatnya, sehingga tidak mendapatkan asupan makanan yang baik serta gizi yang adekuat (seimbang atau memadai).
Baca Juga: Casing HP Diduga Hasil Copet Berserakan di Selokan, Pemkot Bandung Diminta Tingkatkan Keamanan
Deden mengatakan, untuk mengatasi kondisi gizi buruk pada balita, dilakukan melalui program.
Caranya, dengan pelatihan para dokter umum, dokter anak, tenaga pelaksana gizi, bidan maupun kader untuk menyamakan persepsi mengenai penentuan gizi buruk dan gizi kurang.
Setelah pelatihan dilanjutkan dengan penimbangan balita yang biasanya dilaksanakan padaFebruari dan Agustus.
Baca Juga: Sebut Partai Demokrat hanya Partai Gurem Tanpa SBY, Musni Umar: Kenapa Tidak Bersyukur?
Namun, akibat pandemi Covid-19, kegiatan penimbangan balita tak bisa dilakukan secara serentak.
"Untuk bulan Februari belum diketahui jumlahnya. Sebab kami harus hati-hati dan bergilir, karena pandemi covid-19," tegas Deden.
Namun demikian, lanjut dia, dari hasil penimbangan bulan Februari tahun ini dipastikan diperoleh data mengenai balita yang berstatus gizi buruk, gizi kurang ataupun stunting.
Baca Juga: Bermimpi Menikah Selama 24 Tahun, Mimpi Pasangan Tunawisma Asal Filipina Akhirnya Terwujud