Di tahun 2016, Michael Wolff, penulis 'Fire and Fury: Inside the Trump White House' berkata, tim kampanye Trump merasa yakin mereka akan kalah dari perwakilan Partai Demokrat saat itu, Hillary Clinton.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diprediksi Pulih Pada 2022, Ekonom: Saat ini Tengah Masa Survival
Stephanie Grisham, mantan sekretaris Gedung Putih mengungkapkan, kala itu Melania mendukung keputusan suaminya untuk mencalonkan diri sebagai presiden, bahkan memotivasinya. Dia yakin suaminya akan menang, dan merasa senang ketika hal itu terjadi.
Berita tentang Melania yang menangis saat Trump memenangkan pemilihan dan menyebut bahwa suaminya tidak pernah berharap untuk menang, dengan cepat menyebar luas di berbagai media.
Namun saat itu, mereka harus menunggu tiga bulan sebelum pindah ke Washington dari New York demi kelulusan putra bungsu mereka, Barron Trump.
Baca Juga: Berbagi Kisah saat Ditawan Israel, Jurnalis Palestina: Tawanan Terima Perlakuan yang Tak Pantas
Stephanie Wolkoff, mantan penasihat Melania, mengklaim bahwa saat ini Melania sedang merundingkan perjanjian pasca pernikahan untuk memberi Barron bagian yang seimbang dari kekayaan Trump.
Stephanie Wolkoff juga menduga Trump memiliki kamar tidur terpisah di Gedung Putih dan sebuah pernikahan transaksional.
Omarosa Manigault Newman, mantan ajudan Presiden Donald Trump, menyebut bahwa pernikahan 15 tahun Trump dan Melania telah berakhir.
Baca Juga: Jadi Terendah Ke-2 di Indonesia, Kasus Covid-19 Jatim Berhasil Ditekan dengan Pendekatan Pentahelix
Omarosa menambahkan, Melania selalu menghitung waktu hingga Trump keluar dari Gedung Putih sehingga dia dapat bercerai.
Meskipun selalu menunjukan sikap yang dingin antara satu sama lain di depan umum, Melania mengakui bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan suaminya. Ia juga bersikeras bahwa mereka tidak pernah bertengkar.***