Network
PR TASIKMALAYA - Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak Armenia dan Azerbaijan untuk mengejar solusi diplomatik terkait konflik Nagorno-Karabakh. Saat ini menentang gencatan senjata yang ditengahi di Washington.
Tadi malam, Armenia mengakui bahwa pasukan Nagorno-Karabakh telah ditarik dari kota strategis daerah perbatasan Iran, hal tersebut tentunya menjadi keuntungan militer yang nyata bagi Azerbaijan.
Pada hari Selasa 27 Oktober 2020, kedua belah pihak saling menuduh menyerang target di luar Nagorno-Karabakh yang menyimpang dari kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Pompeo pada akhir pekan lalu.
Baca Juga: Israel Nyatakan AS Cabut Larangan Pendanaan Soal Proyek Penelitian di Tepi Barat dan Golan
Departemen Luar Negeri mengungkapkan bahwa Pompeo, di India pada hari Selasa, berbicara secara terpisah dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azeri Ilham Aliyev dan menekan para pemimpin untuk mematuhi komitmen mereka untuk menghentikan permusuhan dan mengejar solusi diplomatik.
Adapun hal tersebut bertujuan untuk mencegah pertempuran yang lebih luas yang memungkinkan adanya keterlibatan negara lainnya seperti Turki, sekutu Azerbaijan, dan Rusia, yang memiliki fakta pertahanan dengan Armenia.
Selain itu lokasi terjadinya konflik yang dekat dengan jaringan pipa yang membawa minyak dan gas dari Azerbaijan ke pasar internasional juga menjadi salah satu alasan kenapa konflik ini harus segera berakhir.
Baca Juga: PSBB Proposional Diperpanjang, Satgas Harian Jabar: Disesuaikan Kewaspadaan Daerah
Keuntungan militer Azerbaijan dapat membuat solusi diplomatik menjadi lebih sulit: ia menolak solusi apapun yang akan membuat orang Armenia menguasai daerah pertempuran yang merupakan bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia.
