Tak Hanya Oregon, Kebakaran Juga Terjadi di Rawa Terbesar Brasil hingga Sebabkan Ribuan Hewan Mati

- 19 September 2020, 14:15 WIB
ILUSTRASI Kebakaran.*
ILUSTRASI Kebakaran.* //Pixabay/ Yivers/

PR TASIKMALAYA – Kebakaran hutan di Oregon, Amerika Serikat, rupanya bukanlah satu-satunya bencana alam yang sedang terjadi di dunia.

Rawa terbesar yang dimiliki Brasil di wilayah terpencilnya pun kini tengah terbakar, dan sudah berlangsung sejak pertengahan bulan Juli.

Menteri Lingkungan Brasil, Ricardo Salles, yang mengunjungi Pantanal pada bulan Agustus, mengatakan bahwa badan lingkungan federal telah mengirim lima pesawat beserta pekerja tambahan untuk membantu lebih dari 100 petugas pemadam kebakaran negara bagian yang memerangi kobaran api.

Baca Juga: Akan Berulang Tahun Bulan Depan, Ibunda dari Indra Bruggman Wafat di Hari Jumat

Pantanal adalah wilayah alami yang meliputi daerah lahan basah tropis yang terbentang dari Brasil ke Bolivia dan berakhir di Paraguay.

Pantanal lebih kecil dan kurang terkenal dibandingkan hutan Amazon. Tetapi perairan yang cenderung melimpah dan lokasinya yang diapit di antara hutan hujan dengan padang rumput Brasil yang luas dan hutan kering Paraguay, menjadikannya magnet bagi kehidupan hewan.

"Kebakaran menyebabkan kerusakan besar pada fauna, flora dan wilayah Pantanal," kata Ricardo Salles.

Tidak ada manusia yang tewas dalam kebakaran Pantanal, menurut petugas pemadam kebakaran negara bagian Mato Grosso, Letnan Kolonel Jean Oliveira, yang telah memimpin semua badan pemerintah dalam penanggulangan kebakaran.

Baca Juga: Tim Forensik Ungkap Kondisi 5 Jasad ABK yang Ditemukan di Dalam Lemari Pendingin

Meskipun tidak ada jumlah pasti, ribuan hewan telah mati, menurut ahli biologi, Rogério Rossi, dari Universitas Federal Mato Grosso.

Sebuah tim yang terdiri dari dokter hewan, ahli biologi, dan pemandu lokal tiba di sana pada akhir bulan Agustus untuk menyelamatkan hewan-hewan yang terluka.

Untuk menuju lokasi, mereka harus melalui jalan tanah bergelombang yang dikenal sebagai Jalan Raya Trans-Pantanal menggunakan truk pickup.

Tim dokter hewan keliling hanya mampu menyelamatkan sebagian kecil dari hewan-hewan yang terluka. Banyak dari makhluk ini yang sulit ditangkap, karena mereka tinggal jauh dari jalan raya.

Baca Juga: Warga Kecamatan Tetangga Juga Hibah Tanah Untuk Pembuatan Jalan TMMD Reguler Brebes

“Kami telah melihat banyak hewan yang mati, terutama reptil, ular, caiman (salah satu jenis alligator). Kami telah melihat banyak rusa, tapir, monyet, dan coati (kerabat rakun) yang mati," ungkap Dokter hewan Jorge Salomão Jr.

Kebakaran dahsyat ini adalah satu dari ribuan kobaran api yang melanda lahan basah terbesar di dunia tahun ini.

Ahli biologi mengatakan bahwa kebakaran ini adalah sebuah ancaman besar bagi salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di bumi.

Pantanal merupakan rumah bagi sekitar 1.200 spesies hewan vertebrata, termasuk 36 yang terancam punah.

Baca Juga: Fahri Hamzah Sebut Bodoh Orang yang Kontra pada Dinasti Politik, Netizen: Dulu Macan Sekarang Meong

Di atas tanah seluas 150.000 kilometer persegi (57.915 mil persegi), burung-burung langka beterbangan dan populasi jaguar menjadi yang terpadat di dunia.

Kobaran api yang dipicu oleh kekeringan itu menjadi kebakaran terparah sepanjang sejarah dengan 23.490 kilometer persegi yang telah terbakar, yang berarti hampir 16% dari Pantanal Brasil, menurut analisis dari Universitas Federal Rio de Janeiro.

Pantanal diketahui sebagai lokasi yang selalu basah yang biasanya digenangi air setinggi beberapa kaki selama musim hujan di bulan November hingga April.

Akan tetapi tahun ini banjir tidak muncul, menurut pengamatan seorang petani setempat yang turut membantu memadamkan api, Dorvalino Conceição Camargo. Camargo mengatakan hanya ada sedikit air yang menggenang di selokan terdekat.

Baca Juga: Diminta Tangani Covid-19 di Delapan Provinsi, Luhut: Saya Diperintah Presiden

Para Ilmuwan menyalahkan kekeringan akibat pemanasan di Samudera Atlantik yang terletak tepat di atas ekuator. Pemanasan itu menarik kelembaban dari Amerika Selatan dan mengirimnya ke utara.

Ilmuwan NASA, Doug Morton, mengatakan fenomena ini disebabkan oleh perubahan suhu lautan yang dikenal sebagai Atlantic Multidecadal Oscillation.

Ketika terjadi pemanasan di daerah tropis bagian utara Samudra Atlantik, kemungkinan akan menyebabkan kekeringan dan kebakaran di Amerika Selatan.

Doug Morton pun merasa khawatir jika pemanasan global dapat mengganggu osilasi dan menyebabkan fase hangat yang berlangsung permanen sehingga berkontribusi pada lebih banyak kebakaran.

Baca Juga: Lima Hari berturut-turut Dolar Amerika Serikat Jatuh terhadap Yen

Bahkan jika seandainya hal tersebut tidak terjadi, para ilmuwan khawatir apabila suhu global naik dengan sendirinya akan membuat kebakaran-kebakaran besar lebih sering terjadi.***

 

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ABC News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah