Ceritakan Kisahnya Usai Kabur dari Korut, Makan Serangga hingga Terbiasa Lihat Mayat di Jalanan

- 4 September 2020, 11:01 WIB
Yeonmi Park (26),  seorang aktivis hak asasi manusia yang melarikan diri dari Korea Utara pada tahun 2007.*
Yeonmi Park (26), seorang aktivis hak asasi manusia yang melarikan diri dari Korea Utara pada tahun 2007.* //The Sun

PR TASIKMALAYA - Seorang pembelot Korea Utara berhasil sampai ke Amerika Serikat dan kini ia bisa terbuka soal masa lalunya hidup di negara yang dipimpin oleh Kim Jong-Un itu.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Post minggu ini, Yeonmi Park (26), seorang aktivis hak asasi manusia yang melarikan diri dari Korea Utara pada tahun 2007, telah menceritakan masa lalunya yang bermasalah.

Ia bahkan mengatakan sempat memakan serangga dan bahkan melihat mayat di jalanam.

Baca Juga: Ahli Temukan Alat Baru: Bisa Prediksi Titik Covid-19 yang akan Melonjak dalam Tiga Minggu ke Depan

"Yang perlu Anda ketahui tentang Korea Utara adalah bahwa itu tidak seperti negara lain seperti Iran atau Kuba. Di negara-negara tersebut, Anda memiliki semacam pemahaman bahwa mereka tidak normal, mereka terisolasi dan orang-orangnya tidak aman. Tapi Korea Utara telah benar-benar tertutup dari seluruh dunia, secara harfiah seperti Kerajaan Pertapa," ujar Yeonmi.

Yeonmi melarikan diri ke Tiongkok bersama ibunya pada usia 13 tahun untuk mencari kebebasan.

Dia menjelaskan bagaimana dia tidak sadar bahwa dirinya "terisolasi" di negaranya sedniri.

Baca Juga: Bocorkan Spoiler Sebelum Perilisan 'Tiger Inside', Baekhyun 'Diserang' oleh Para Anggota SuperM

"Saya tidak tahu bahwa saya sedang menyembah kepada seorang diktator," ujarnya dikutip oleh Pikiranrakyat-Tasikmalayacom dari situs The Sun.

Park bahkan diberitahu bahwa Kim Jong Il, yang meninggal pada 2011, dan putranya, pemimpin Korea Utara saat ini Kim Jong-un, adalah dewa.

Park juga diberitahu bahwa mereka bisa membaca pikiran orang.

Kesalahan pada teman sekelas ditunjukkan selama sesi kritik di sekolah, gagasan tentang cinta dan persahabatan tidak ada, listrik tidak umum, dan orang-orang kelaparan.

Baca Juga: Berusaha Protes Pertahankan Lahan, Warga Palestina Terekam Tengah Ditindih oleh Prajurit Israel

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), orang Korea Utara terjebak dalam lingkaran setan di antaranya perampasan, korupsi, penindasan, dan penyuapan endemik.

Tahun lalu, sebuah laporan oleh Republik Demokratik Rakyat Korea menyatakan bahwa sekitar 10,9 juta orang di Korea Utara kelaparan.

Kembali pada bulan Juli, warga Kim memaksa makan penyu di tengah kekurangan makanan di negara bagian itu.

Dan pada Agustus, pemimpin Korea Utara dilaporkan memerintahkan untuk menyita anjing peliharaan untuk dikirim dagingnya ke restoran.

Baca Juga: Gaji Jaksa Pinangki Menurut PP Berkisar di Angka Rp 5 Juta, Publik Justru Soroti Mobil Mewah BMWnya

Park mengatakan kepada The Post bahwa dia pernah makan serangga yang tumbuh dewasa yang kemudian hal itu menjadi kebiasaan warga Korea Utara.

“Saya telah mengunjungi permukiman kumuh di Mumbai, saya telah mengunjungi daerah kumuh di negara lain, tetapi tidak ada yang seperti Korea Utara karena Korea Utara adalah negara kelaparan," ujar Yeonmi.

Ia mengatakan bahwa Korea Utara menghabiskan miliaran dolar untuk membuat sistem uji nuklir.

Jika mereka hanya menghabiskan 20 persen dari anggaran untuk membuat senjata nuklir, tidak ada yang harus mati di Korea Utara karena kelaparan. Tetapi rezim memilih untuk membuat warganya menderita.

Baca Juga: Setelah Sekian Lama Akhirnya Bertemu Mantan Rival, Gibran: Saya Berharap Beliau Bisa Bergabung

Pada 2007, Park dan ibunya berhasil meninggalkan Korea Utara dengan menyeberangi Sungai Yalu yang dingin.

Baik dia dan ibunya dijual ke pria Tiongkok dan ibunya diperkosa oleh pedagang manusia.

Mereka kemudian berhasil mencapai Mongolia, menyeberangi Gurun Gobi, dan bertemu dengan saudara perempuan Park di Korea Selatan. Setelah itu Park melakukan transisi ke New York City pada tahun 2014.

Dia kemudian merinci pengalaman hidupnya dalam sebuah buku berjudul In Order to Live: A North Korean Girl's Journey to Freedom Paperback.

Baca Juga: Tiga Pemain PSG Positif Covid-19, Neymar Akui Dalam Kondisi Baik

Park menulis buku yang diterbitkan pada 2016, bersama dengan rekan penulisnya Maryanne Vollers.

“Saya sangat berterima kasih atas dua hal: bahwa saya lahir di Korea Utara, dan bahwa saya melarikan diri dari Korea Utara,” Park menyatakan dalam prolognya.

Sementara itu, Park mengupload video baru ke saluran YouTube-nya tentang "5 Perbedaan Mengejutkan Antara Amerika dan Korea Utara".

Dia menggambarkan kurangnya makanan di Korea Utara dan bagaimana orang yang dianggap kelebihan berat badan dikagumi karena status dan kekayaannya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: The Sun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah