Baca Juga: Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Tasikmalaya Bakal Sasar 1.300 Orang untuk Ikuti Swab Test Massal
Banyak yang mengatakan bahwa mereka telah keluar untuk meliput berita tragis pada coronavirus tanpa peralatan pelindung yang memadai.
"Sementara media menghadapi tekanan, fakta bahwa ia bergerak sangat cepat untuk melakukan pemotongan gaji ini pada saat ada ketidakpastian dan kecemasan ekstrem, itu sangat tidak etis," kata Geeta Seshu, salah satu pendiri Free Speech Collective.
Ia mengatakan bahwa media banyak menunjukkan kurangnya kepedulian terhadap karyawan mereka selama masa pandemi. Hal itu dikarenakan kelompok media utama lebih berkonsentrasi pada masa depan bisnis.
Baca Juga: Picu Terkikisnya Perdamaian Bumi, Peningkatan Senjata Nuklir 6 Negara Besar Lebih Bahayakan Dunia
Konsultasi KPMG telah memperkirakan sebelum pandemi bahwa pendapatan iklan untuk surat kabar akan tetap stabil selama beberapa tahun.
"Sekarang semuanya telah berubah. Hanya di atas 35-an yang membaca koran dan bahkan mereka harus mendapatkan berita dari sumber digital dan televisi selama lebih dari dua bulan." kata editor surat kabar itu.
N Chandramouli, kepala eksekutif TRA Research, mengatakan bahwa bahkan sebelum pandemi, surat kabar dan saluran televisi memberhentikan ribuan staf karena perlambatan ekonomi.
Ia mengatakan bahwa sekarang ini adalah skenario yang cukup suram bagi dunia media dengan pengiklan takut untuk membelanjakannya, dan perusahaan-perusahaan media bersandar pada tembok untuk bertahan hidup.***