Ini telah menyebabkan Afrika menjadi sasaran kecurigaan, ketidakpercayaan, dan rasisme di Tiongkok. Beberapa orang Afrika mengatakan kepada AFP bahwa mereka diusir secara paksa dari rumah mereka dan diusir pegawai hotel.
Baca Juga: Dijemput Perawat Ber-APD, Wali Kota Tanjungpinang Diisolasi di RSUD dalam Kondisi Lemah
"Saya sudah tidur di bawah jembatan selama empat hari tanpa makanan untuk dimakan, Saya tidak bisa membeli makanan di mana pun, tidak ada toko atau restoran yang melayani saya," kata Tony Mathias, seorang pelajar pertukaran dari Uganda yang dipaksa keluar dari apartemennya pada Senin, 6 April 2020 lalu.
Ia mengungkap bahwa mereka terlihat bagai pengemis jalanan kelaparan dan tanpa rumah akibat tindakan rasisme ini.
Mathias menambahkan bahwa polisi tidak memberinya informasi tentang tes atau karantina tetapi sebaliknya mengatakan kepadanya untuk pergi ke kota lain.
Baca Juga: Konflik di Tengah Pandemi Virus Corona, Pakistan Tembak Jatuh Drone Pengintai India
Polisi di Guangzhou menolak memberikan komentar ketika dihubungi oleh AFP. Seorang pengusaha Nigeria mengatakan dia diusir dari apartemennya awal pekan ini.
"Di mana-mana polisi melihat kita, mereka akan datang dan mengejar kita dan menyuruh kita pulang. Tapi ke mana kita bisa pergi?" katanya.
Orang Afrika lainnya mengatakan bahwa komunitas tersebut telah menjalani tes Covid-19 secara massal meskipun banyak yang tidak meninggalkan Tiongkok baru-baru ini, dan ditempatkan di bawah karantina yang sewenang-wenang di rumah atau di hotel.
Baca Juga: Perangi Virus Corona, Iran Tutup Seluruh Masjid Selama Ramadan, Mesir Larang Buka Bersama