Tiongkok juga telah melarang warga negara asing memasuki negara itu dan banyak pelancong dikirim ke karantina 14 hari baik dengan akomodasi mereka sendiri atau di fasilitasi oleh pusat.
Thiam, seorang pelajar pertukaran dari Guinea, mengatakan polisi memerintahkan dia untuk tinggal di rumah pada Selasa, 7 April 2020. Bahkan setelah dia dinyatakan negatif Covid-19 dan mengatakan kepada petugas bahwa dia tidak meninggalkan Tiongkok dalam hampir empat tahun.
Ia percaya tindakan itu secara khusus dan tidak adil menargetkan orang Afrika.
Baca Juga: Dentuman Aneh Terdengar di Jakarta, PVMBG: Bukan dari Anak Krakatau
"Semua orang yang saya lihat diuji adalah orang Afrika. Orang Tiongkok berjalan bebas tetapi jika Anda berkulit hitam tidak bisa keluar," katanya.
Denny, seorang pedagang Nigeria diusir dari flatnya pada Selasa, 7 April 2020 mengatakan polisi memindahkannya ke sebuah hotel untuk karantina setelah ia menghabiskan beberapa hari tidur di jalanan.
"Bahkan jika kami memiliki hasil tes negatif, polisi tidak membiarkan kami tinggal di tempat lain dan mereka tidak memberikan alasan mengapa," katanya.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, 11 April 2020: Manonjaya dan Purbaratu Diguyur Hujan Lokal
Infeksi di Guangzhou telah memicu semburan penyalahgunaan online, dengan banyak pengguna internet Tiongkok memposting komentar rasis dan menyerukan agar semua orang Afrika dideportasi.
Pekan lalu, sebuah kartun kontroversial yang menggambarkan orang asing sebagai jenis sampah untuk disortir menjadi viral di media sosial.