Diduga Alami Kesepian Selama Lockdown, Pria Periang asal Inggris Putuskan Bunuh Diri

- 3 April 2020, 20:57 WIB
DANIEL Pria Inggris
DANIEL Pria Inggris /The Sun

PIKIRAN RAKYAT - Negara sebagai pusat episentrum Covid-19, banyak mengisahkan cerita pilu dibalik perjuangan melawan virus yang menginfeksi saluran pernapasan ini.

Seperti berita kematian termuda yang datang dari Amerika Serikat. Dikabarkan pada Kamis 2 April 2020 kemarin, seorang bayi berusia enam minggu meninggal dunia di rumah sakit setelah dikonfirmasi positif Covid-19.

Berbeda dengan Daniel Furnis, seorang pria yang berusia 34 tahun dari Crookhorn dekat Portsmouth, Inggris. Ia dengan sengaja mengakhiri hidupnya karena merasa kesepian, sejak diberlakukannya kebijakan lockdown.

Baca Juga: Jadi Pusat Ibadah Umat Islam Dunia, Arab Saudi Tetapkan Makkah dan Madinah untuk Lockdown

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs The Sun, Daniel yang mengidap penyakit diabetes, dikenal sebagai orang yang sangat periang dalam kesehariannya, meskipun sebelumnya ia juga telah divonis mengidap bipolar.

Dengan penyakit mental yang dideritanya, pihak keluarga selalu enggan meninggalkan Daniel sendirian dirumah, sebab keadaan itu dapat mencelakakan dirinya.

Chelsea, yang merupakan adik dari pria berkepribadian ganda itu mengungkap, kebiasan aneh yang dimiliki kakaknya dan berbeda dengan teman seusiannya, ia selalu mengenakan baju berwarna cerah seperti kuning agar selalu bahagia.

Baca Juga: Hibah Pemilu Belum Turun Semua, Honor Ratusan PKD di Tasikmalaya Belum Dibayarkan

Namun, semasa hidupnya, Daniel merupakan pribadi yang baik, rendah hati, dan selalu menolong orang-orang yang membutuhkan bantuannya.

Saudara perempuan Daniel yang berusia 28 tahun itu juga mengungkapkan, alasan Daniel mengakhiri hidupnya disebutkan bahwa keputusanya sangat berkaitan erat dengan kebijakan lockdown akibat virus corona yang ditetapkan Pemerintah Inggris.

Daniel pernah mengeluhkan kebijakan ini karena tidak bisa keluar rumah, terlebih ketika ia mengetahui bahwa penyakit diabetesnya dapat menyebabkan kematian berlangsung cepat apabila dirinya terinfeksi virus corona.

Baca Juga: Bantu Tanggulangi Covid-19, Pemkab Tasikmalaya Terima Bantuan 20 APD dari OJK

"Dia hidup sendiri tetapi akan keluar setiap hari. Dan menderita diabetes dan digolongkan sebagai orang yang berisiko tinggi sehingga setelah lockdown, kami pikir kesehatan mentalnya pasti akan memburuk," ujar Chelsea.

Tak hanya itu, Chelsea juga mengungkap bahwa seharusnya kebijakan ini dibuat pemerintah dengan pertimbangan khusus bagi penderita penyakit mental, bipolar, seperti Daniel.

"Tidak ada panduan yang cukup untuk orang dengan masalah kesehatan mental. Banyak yang bisa dilakukan untuk membantu orang-orang yang berjuang sambil mengasingkan diri. Mudah-mudahan apa yang terjadi dengan Daniel dapat meningkatkan kesadaran akan masalah ini," tambah Chelsea.

Baca Juga: Dibantu Anggota Polsek Ciawi, Bayi yang Lahir di Mobil Polisi akan Diberi Nama 'Patroli'

Terkait dampak lockdwon lain yang dirasakan Chelsea dan keluarga di Inggris, proses pemakaman Daniel pun hanya dihadiri enam orang keluarganya.

Padahal menurutnya semasa hidup, Daniel banyak disayangi orang, karena sifat baik dan periangnya. Namun, akibat terdampak lockdwon orang-orang tersebut terpaksa tidak datang untuk mengantarkan Daniel terakhir kalinnya.

Dilansir dari laman penggalangan dana, GoFundMe, keluarga Daniel akan mendapatkan bantuan sebesar Rp 40,84 Miliar guna penggantian biaya pemakaman, sebagai bentuk cinta kasih pada warga Inggris terhadap Daniel.

Baca Juga: Warga Perum Sukarindik Terapkan Healing Bagi Warga yang Tengah Jalani Isolasi Mandiri'

Sejauh ini, pandemi virus corona di Inggris membuat 163.194 orang harus menjalani tes uji Covid-19, yaitu hanya sekitar 0,2 persen dari populasi dan diantaranya jumlah kematian telah mencapau 2.921 orang di rumah sakit.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: The Sun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x