Ratusan Kasus Virus Corona di Kapal Pesiar Diamond Princess, Jepang Mulai Dikritik soal Keamanan Olimpiade 2020

- 20 Februari 2020, 21:20 WIB
KAPAL pesiar The Diamond Princess di Toky, Jepang.*
KAPAL pesiar The Diamond Princess di Toky, Jepang.* /AFP

PIKIRAN RAKYAT – Jepang merupakan negara yang terpilih sebagai tuan rumah yang menyelenggarakan Olimpiade 2020. Namun saat masa Olimpiade tinggal menghitung bulan, Jepang justru mendapat musibah dengan jumlah kasus corona terbesar yang terjadi di luar Tiongkok.

Seiring dengan bertambatnya kapal pesiar Diamond Princess sejak awal Februari lalu, maka praktis pasien virus corona terbanyak di luar Tiongkok berada di Jepang.

Inilah yang menjadi ladang kritik bagi publik dan kaum oposisi Pemerintah Jepang karena mereka menilai pemerintah cenderung meremehkan krisis virus corona yang kedatangannya mendadak tetapi amat berbahaya itu.

Baca Juga: Dari 46.300 Kendaraan yang Menunggak Pajak, 437 di Antaranya Ternyata Milik Pemkot Tasikmalaya

Dikutip Pikiranrakyat-Tasikmalaya.com dari situs Reuters bahwa penemuan wabah virus corona di dalam kapal pesiar Diamond Princess yang diizinkan menambat di Pelabuhan Yokohama menjadi awal mula dari ternodanya tahun Olimpiade kejayaan bagi Jepang.

Kritikan pada Pemerintah Jepang mulai mengalir seiring dengan bertambahnya jumlah pasien corona dalam kapal. Beberapa kritik paling tajam disuarakan dari Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit AS yang mengatakan bahwa upaya karantina selama dua minggu tidak cukup mencegah penyebaran virus itu.

CDC memuji atas upaya luar biasa yang dilakukan Pemerintah Jepang untuk mengkarantina seluruh penumpang kapal, tetapi juga mempertanyakan ketepatan upaya itu belum cukup mencegah virus berbahaya itu.

Baca Juga: Keputusan PDI Perjuangan di Pilkada Kabupaten Tasikmalaya Ditanggapi Beragam oleh Kader PPP

"Penilaian CDC adalah bahwa itu mungkin tidak cukup untuk mencegah penularan antar individu dalam kapal," tutur perwakilan CDC.

“Tingkat infeksi baru di kapal, terutama di antara mereka yang tidak memiliki gejala, merupakan risiko yang berkelanjutan.” lanjut perwakilan tersebut.

Namun begitu, Kementerian Kesehatan Jepang tidak menanggapi kritikan yang datang. Pemerintah menganggap upayanya sudah tepat dan beberapa dokter terkemuka telah mempertahankannya.

Baca Juga: Jalan Rusak di Pusat Kota Tasikmalaya Banyak Dikeluhkan Warga, Berikut Jawaban Para Pemangku Kebijakan

"Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa strategi isolasi kami berhasil," tutur Shigeru Omi sebagai Ketua Organisasi Kesehatan Masyarakat Jepang menyatakan pembelaannya.

"Hampir 4.000 orang tinggal di kapal ini, yang tidak dirancang untuk isolasi selama beberapa minggu, dan ini adalah situasi yang sangat menantang."

Di sisi lain, bagi sebagian warga Jepang terjadinya wabah virus corona dalam kapal pesiar Diamond Princess membawa trauma ingatan lama akan krisis nuklir Fukushima pada 2011 lalu. Saat itu pemerintah dikritik secara luas karena telah meremehkan krisis tersebut.

Baca Juga: Tekan Angka Kemiskinan yang Masih Tinggi, Kota Tasikmalaya Merasa Terbantu oleh Swasta

"Penyebaran virus lebih luas dari yang pemerintah katakan,"tutur Shinichi Niwa yang merupakan seorang profesor di Universitas Kedokteran Fukushima.

“Selama bencana (Fukushima), pemerintah mengatakan tidak ada kehancuran. Jadi mereka menyembunyikan kebenaran pada saat itu, dan saya khawatir situasi yang sama terjadi dengan virus corona. ”tutur Shinichi lebih lanjut.

Kementerian Kesehatan Jepang menganggap bahwa ratusan kasus yang ditemukan dalam kapal pesiar Diamond Princess tidak masuk dalam perhitungan infeksi domestik Jepang dengan berdasarkan pada pedoman Organisasi Kesehatan Dunia, tetapi beberapa ahli menyebut itu menunjukkan Pemerintah Jepang ingin menghindari pandangan masyarakat dunia pada negaranya sebagai tempat virus corona untuk tumbuh.***

Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x