PR TASIKMALAYA - Aksi demonstrasi yang dilakukan pengunjuk rasa di Sudan masih terus berlanjut sejak kudeta militer dilakukan pada Oktober lalu.
Setelah militer menempati kembali kekuasaan, mereka harus menghadapi kemarahan penduduk di Sudan yang melakukan aksi demonstrasi menolak pemerintahan militer.
Para pengunjuk rasa melakukan aksi demonstrasi di Ibu Kota Sudan, Khartoum dan kota-kota lainnya.
Seorang analis asal inggris memberikan tanggapan terkait konflik kekuasaan yang terjadi di Sudan ini.
Baca Juga: Walikota Bekasi Terima Suap 'Sumbangan Masjid' Rp7,1 Miliar, Resmi Jadi Tersangka
Setelah pemerintahannya dibubarkan dalam kudeta pada bulan Oktober lalu, Abdalla Hamdok kembali mengupayakan untuk menyelamatkan pembagian kekuasaan transisi antara militer dan sipil yang dilaksanakan setelah penggulingan Omar-Al Bashir 2019 silam.
Seorang mediator mengatakan upaya Hamdok menuju transisi gagal karena penarikan dukungan yang dijanjikan dari beberapa faksi politik dan ketidakmampuan menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
Dilansir Pikiranrakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters, sebagaian besar koalisi sipil menyatakan secara terbuka bahwa mereka tidak akan bernegosiasi dengan militer.
Baca Juga: Prediksi Swindon Town vs Man City di Piala FA Sabtu 8 Januari 2022: H2H, Line Up, Skor Akhir