"Mari kita hentikan pertumpahan darah dan arahkan energi pemuda untuk pembangunan dan pembangunan" katanya saat penyiaran perjanjian tersebut pada hari minggu.
Kesepakatan itu dibuat untuk menghadapi kelompok-kelompok pro demokrasi yang menuntut pemerintahan sipil penuh.
Kelompok tersebut menginginkan pemerintahan sipil penuh sejak penggulingan pemerintah Omar al-Bashir tahun 2019 silam.
Baca Juga: Jadwal dan Lokasi SIM Keliling di Jakarta, Bekasi, Bogor, dan Bandung Senin 22 November 2021
Kelompok tersebut juga marah akibat kematian puluhan pengunjuk rasa sejak kudeta 25 Oktober lalu.
"Hamdok telah menjual revolusi," teriak pengunjuk rasa setelah kesepakatan tersebut diumumkan.
Seorang pengunjuk rasa berusia 26 tahun di kota Khartoum, Omar Ibrahim berkata, satu-satunya pilihan mereka adalah turun kejalan.
Baca Juga: Segera Klaim, Kode Redeem Call of Duty Mobile 'CODM' Senin 22 November 2021
"Hamdok telah mengecewakan kami" ujarnya.
Sebelumnya, militer membubarkan Kabinet Hamdok dan menahan sejumlah warga sipil yang memegang posisi dalam pemerintahan yang disepakati setelah Bashir digulingkan.