Kekerasan di Myanmar oleh Militer Semakin Meningkat, HRW Serukan Tindakan Ini pada Dewan Keamanan PBB

- 6 November 2021, 08:16 WIB
Beberapa kelompok hak sipil yang dipimpin HRW menyerukan tindakan ini pada Dewan Keamanan PBB untuk mencegah kekerasan militer di Myanmar.
Beberapa kelompok hak sipil yang dipimpin HRW menyerukan tindakan ini pada Dewan Keamanan PBB untuk mencegah kekerasan militer di Myanmar. /REUTERS/Stringer

PR TASIKMALAYA – Lebih dari 500 kelompok hak-hak sipil dunia menyerukan pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan meningkatnya kekerasan di negara bagian Chin barat Myanmar.

Wilayah di Myanmar tersebut telah menjadi garis depan perlawanan rakyat terhadap kekuasaan militer.

Human Rights Watch (HRW) yang memimpin seruan untuk Dewan Keamanan PBB soal Myanmar itu merilis pernyataan atas nama 521 organisasi internasional dan domestic.

Baca Juga: Bongkar Rahasia Saat Pacaran, Nagita Slavina Langsung Dapat Cap Playgirl dari Raffi Ahmad

Mereka menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengadopsi resolusi dan bertindak sebelum serangan meluas di wilayah perbatasan yang diperangi.

“Dewan Kemananan harus mengadakan pertemuan mendesak mengenai serangan yang meningkat di Negara Bagian Chin,” kata pernyataan itu, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera.

“Ada pula krisis politik, hak asasi manusia dan kemanusiaan yang mendalam secara keseluruhan sebagai akibat dari pencarian para pemimpin militer Myanmar akan kekuasaan dan keserakahan yang telah menyebabkan penderitaan besar,” lanjutnya.

Baca Juga: Ada ENHYPEN, 5 Grup Rookie KPop Ini Memiliki Total Penjualan Album Terbanyak Sejak Debut

Senjata berat dan pasukan telah dipindahkan ke wilayah itu, menunjukkan serangan tentara yang akan segera terjadi untuk mengusir kelompok-kelompok milisi yang dibentuk setelah kudeta militer pada Februari.

Kelompok-kelompok hak asasi juga meminta PBB untuk memberlakukan embargo senjata global untuk menghentikan aliran senjata dan barang-barang penggunaan ganda ke pemerintah militer Myanmar.

Myanmar telah dilumpuhkan oleh protes dan kekerasan, dengan militer berjuang untuk memerintah karena menghadapi perlawanan bersenjata dari milisi dan pemberontak etnis minoritas.

Baca Juga: Prediksi Real Betis vs Sevilla di La Liga Spanyol 8 November 2021, Pertarungan Dua Tim Papan Atas

Sementara itu, badan kemanusiaan PBB dalam laporannya menyebut bahwa bentrokan antara pasukan keamanan dan pasukan pertahanan rakyat telah meningkat di Chin serta di wilayah tetangga Magway dan Sagaing.

Militer Myanmar pekan lalu mulai menembaki kota Thantlang, di Negara Bagian Chin.

Saksi mata, kelompok bantuan dan media lokal mengatakan penembakan itu membakar sebanyak 200 rumah dan setidaknya dua gereja.

Baca Juga: Ayah Bibi Ardiansyah Ungkap Awal Mula Vanessa Angel dan Anaknya Kenal Driver Tubagus Joddy

HRW mengatakan tentara sengaja membakar rumah secara acak. Save the Children, salah satu penandatangan pernyataan itu, mengatakan kantornya dihancurkan.

Sekitar 10.000 penduduk telah melarikan diri dari Thantlang ketika militer diduga menembaki rumah-rumah dan memicu kebakaran dengan menembak pada bulan September.

Militer yang mempertahankan serangan membabi buta seperti itu terhadap warga sipil dan organisasi kemanusiaan adalah pelanggaran hukum internasional dan merupakan kejahatan perang.

Baca Juga: Ungkap Kenangan Bersama Vanessa Angel dan Bibi Ardiansyah, Maharani Kemala: Bisa Sedekat Ini

Dewan Keamanan sejauh ini menahan diri untuk tidak mengambil tindakan efektif di luar pernyataan.

“Risiko keamanan manusia tidak hanya mengancam rakyat Myanmar tetapi juga keamanan dan perdamaian regional dan global,” kata HRW dalam seruannya.

“Dewan harus segera melakukan tindakan nyata dengan mengadopsi resolusi yang mengkonsolidasikan tindakan internasional untuk menyelesaikan krisis yang semakin dalam,” tandas HRW.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah