“Laporan itu hanya akan mengarah pada perpecahan lebih lanjut di antara bangsa dan hasutan untuk kekerasan internal,” kata Kementerian Luar Negeri yang ditunjuk junta dalam sebuah pernyataan, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Channel News Asia.
Hampir sembilan bulan setelah merebut kekuasaan, militer tidak mampu membasmi oposisi terhadap kekuasaannya. Pasukan pertahanan rakyat lokal sering bentrok dengan militer.
Lebih dari 70 personel militer dan 93 personel polisi telah tewas sejak Februari, menurut junta dalam laporan terbarunya.
Meskipun demikian, analis mengatakan militer meremehkan kerugian medan perangnya.
Para jenderal juga berada di bawah tekanan internasional yang meningkat untuk berdamai dengan lawan-lawan mereka.
Baca Juga: Berencana Bangun Lebih Banyak Rumah di Tepi Barat, Israel Tuai Kecaman
Pekan lalu, ASEAN memutuskan untuk mengecualikan kepala junta Min Aung Hlaing dari pertemuan puncak yang akan datang karena keraguan tentang komitmennya untuk meredakan krisis berdarah itu.
Sebagai gantinya, ASEAN menyerukan perwakilan non-politik untuk menghadiri KTT 26 Oktober hingga 28 Oktober, yang menurut junta akan sulit untuk dipatuhi.
Inggris juga mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya tidak akan mengundang junta Myanmar ke pertemuan menteri luar negeri G7-ASEAN mendatang.***