Jadi Hari Paling Mematikan Sejak Kudeta Myanmar, Ratusan Demonstran Terbunuh di Hari Angkatan Bersenjata

- 28 Maret 2021, 10:20 WIB
Ilustrasi - Tepat di Hari Angkatan Bersenjata, tentara dan polisi Mayanmar dikabarkan membunuh lebih dari 100 dalam kerusuhan soal kudeta militer.
Ilustrasi - Tepat di Hari Angkatan Bersenjata, tentara dan polisi Mayanmar dikabarkan membunuh lebih dari 100 dalam kerusuhan soal kudeta militer. //Reuters

PR TASIKMALAYA - Ketika militer Myanmar merayakan liburan Hari Angkatan Bersenjata, Sabtu 27 Maret 2021, tentara dan polisi di tempat lain dilaporkan membunuh puluhan orang.

Hal itu terjadi saat mereka menekan protes dalam pertumpahan darah paling mematikan sejak kudeta Myanmar bulan lalu.

Situs berita online Myanmar Now melaporkan pada Sabtu malam, bahwa jumlah korban tewas dalam protes kudeta Myanmar telah mencapai 114.

Baca Juga: Tanggapi Kemungkinan Regenerasi di PDIP, Effendi Simbolon: Sikap dan Pernyataan Megawati Sangat Terbuka

Hitungan yang dikeluarkan oleh seorang peneliti independen di Yangon menyebutkan totalnya 107, tersebar di lebih dari dua lusin kota dan kota.

Kedua angka tersebut lebih tinggi dari sebelumnya pada 14 Maret 2021, yang berkisar antara 74 hingga 90 orang.

Angka-angka yang dikumpulkan oleh peneliti, yang tidak disebutkan namanya demi keamanannya, umumnya dihitung dengan hitungan yang dikeluarkan setiap akhir hari oleh Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.

Mereka mendokumentasikan kematian dan penangkapan secara luas yang dilihat sebagai sumber yang pasti.

Baca Juga: Berbicara Soal Mantan Pacar, Heechul Super Junior: Saya Ingin Mereka Lebih Sukses

Dalam hal ini, Associated Press tidak dapat secara independen mengonfirmasi jumlah korban tewas.

Pembunuhan itu dengan cepat menuai kecaman internasional, dengan beberapa misi diplomatik ke Myanmar mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan pembunuhan warga sipil pada hari Sabtu, termasuk anak-anak.

"Hari angkatan bersenjata Myanmar ke-76 ini akan tetap terukir sebagai hari teror dan aib," kata delegasi Uni Eropa untuk Myanmar di Twitter.

"Pembunuhan warga sipil yang tidak bersenjata, termasuk anak-anak, adalah tindakan yang tidak dapat dipertahankan," tambahnya. 

Baca Juga: Diusulkan untuk Ganti KSP Moeldoko, Fahri Hamzah: Jangan Ganggu Orang Pensiun Mas, Lagi Enak-enaknya

Duta Besar AS Thomas Vajda dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pasukan keamanan membunuh warga sipil yang tidak bersenjata.

"Ini bukan tindakan militer atau polisi profesional. Rakyat Myanmar telah berbicara dengan jelas: mereka tidak ingin hidup di bawah kekuasaan militer," tulisnya. 

Korban tewas di Myanmar terus meningkat karena pihak berwenang semakin kuat dengan penindasan terhadap penentangan mereka terhadap kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.

Peristiwa kudeta membalikkan tahun kemajuan menuju demokrasi setelah lima dekade pemerintahan militer.

Baca Juga: Gibran Jadikan Fahri Hamzah Role Model di Dunia Politik, Syahrial Nasution: Layak Untuk Ganti KSP Moeldoko

Hingga Jumat, Asosiasi Tahanan Politik telah memverifikasi 328 orang tewas dalam tindakan keras pasca kudeta.***

 

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Japan Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x