Ramai Isu Antivaksin Virus Corona, 12 Negara Bagian AS Beri Peringatan untuk Facebook dan Twitter

- 25 Maret 2021, 19:00 WIB
Jaksa Agung 12 negara bagian Amerika Serikat  (AS) memberikan peringatan pada Twitter dan Facebook atas banyaknya isu antivaksin.*
Jaksa Agung 12 negara bagian Amerika Serikat (AS) memberikan peringatan pada Twitter dan Facebook atas banyaknya isu antivaksin.* //Pixabay/geralt

“Mengingat ketergantungan 'anti-vaxxers' pada platform Anda, Anda diposisikan secara menguntungkan untuk mencegah penyebaran informasi yang salah tentang vaksin virus corona yang menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan anda serta keselamatan bagi jutaan orang di Amerika dan itu akan memperpanjang jalan kami menuju pemulihan," sebagaimana tertulis dalam surat itu.

Jubir dari Facebook Dani Lever menjelaskan bahwa perusahaan telah menghilangkan jutaan kesalahan informasi hoaks tentang vaksin Covid-19.

Baca Juga: Sebut Gugatan Jhoni Allen Prematur, Kuasa Hukum Demokrat: Keberatan Pemecatan Harus ke Mahkamah Partai

Pihaknya juga mencoba untuk memerangi "keraguan vaksin" dengan secara efisien, dengan mengarahkan pengguna ke informasi yang dapat diandalkan dari subjek yang kredibel informasinya.

Twitter pun mengatakan sudah menghapus lebih dari 22.400 cuitan tentang kebijakannya terhadap postingan Covid-19.

Serta mengutamakan penghapusan konten yang dapat menyebabkan kerusakan di "dunia nyata".

Baca Juga: Simak! Kemenag RI Jelaskan Regulasi Baru JFPA Guna Tingkatkan Kualitas Bimbingan Agama

Diketahui surat tersebut ditandatangani oleh jaksa agung Connecticut, Delaware, Iowa, Massachusetts, Michigan, Minnesota, New York, North Carolina, Oregon, Pennsylvania, Rhode Island, dan Virginia.

Zuckerman, Dorsey serta kepala eksekutif perusahaan induk Google, Alphabet Inc Sundar Pichai, telah dijadwalkan memberikan kesaksian pada Kamis di hadapan dua subkomite Dewan Perwakilan tentang memerangi kesalahan informasi online.

Terhitung, pandemi virus corona telah membuat lebih dari 124 juta orang sakit di seluruh dunia, dan juga menyebabkan lebih dari 2,7 juta kematian.***

Halaman:

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah