PR TASIKMALAYA - Facebook Inc dan Twitter Inc mendapat peringatan dari Jaksa Agung 12 negara bagian Amerika Serikat (AS) pada Rabu, 24 Maret 2021.
Peringatan itu terjadi karena upaya dari Facebook dan Twitter dinilai sangat rendah perihal masih banyaknya orang-orang yang memakai platform tersebut untuk menyebarkan informasi palsu tentang antivaksin virus corona.
Dalam sebuah surat yang ditunjukan kepada Kepala Eksekutif Facebook Mark Zuckerberg serta CEO Twitter Jack Dorsey, para jaksa agung dari Partai Demokrat AS sampaikan peringatan untuk Facebook dan Twitter.
"anti-vaxxers" (kelompok orang tak percaya vaksin) tidak mempunyai keahlian medis serta selalu dimotivasi oleh keuntungan finansial setelah menggunakan platform tersebut, untuk upaya mengecilkan bahaya Covid-19 dan membesar-besarkan isu risiko vaksinasi.
Dilansir dari Reuters, pada Kamis 24 Maret 2021, mereka meminta kepada Twitter dan Facebook agar menegakkan pedoman komunitasnya masing-masing dengan meninjau ulang, menghapus atau menandai kesalahan informasi vaksin yang sudah terjadi.
Dari surat itu mengatakan dengan jelas "anti-vaxxers" yang mengontrol 65 persen konten antivaksin publik di Facebook, Instagram, dan juga Twitter, mempunyai lebih dari 59 juta pengikut di platform tersebut dan juga YouTube.
Campaign tersebut mengatakan beberapa misi informasi yang menargetkan orang-orang kulit hitam dan beberapa komunitas kulit berwarna lainnya di mana tingkat vaksinasi tertinggal.
“Mengingat ketergantungan 'anti-vaxxers' pada platform Anda, Anda diposisikan secara menguntungkan untuk mencegah penyebaran informasi yang salah tentang vaksin virus corona yang menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan anda serta keselamatan bagi jutaan orang di Amerika dan itu akan memperpanjang jalan kami menuju pemulihan," sebagaimana tertulis dalam surat itu.
Jubir dari Facebook Dani Lever menjelaskan bahwa perusahaan telah menghilangkan jutaan kesalahan informasi hoaks tentang vaksin Covid-19.
Pihaknya juga mencoba untuk memerangi "keraguan vaksin" dengan secara efisien, dengan mengarahkan pengguna ke informasi yang dapat diandalkan dari subjek yang kredibel informasinya.
Twitter pun mengatakan sudah menghapus lebih dari 22.400 cuitan tentang kebijakannya terhadap postingan Covid-19.
Serta mengutamakan penghapusan konten yang dapat menyebabkan kerusakan di "dunia nyata".
Baca Juga: Simak! Kemenag RI Jelaskan Regulasi Baru JFPA Guna Tingkatkan Kualitas Bimbingan Agama
Diketahui surat tersebut ditandatangani oleh jaksa agung Connecticut, Delaware, Iowa, Massachusetts, Michigan, Minnesota, New York, North Carolina, Oregon, Pennsylvania, Rhode Island, dan Virginia.
Zuckerman, Dorsey serta kepala eksekutif perusahaan induk Google, Alphabet Inc Sundar Pichai, telah dijadwalkan memberikan kesaksian pada Kamis di hadapan dua subkomite Dewan Perwakilan tentang memerangi kesalahan informasi online.
Terhitung, pandemi virus corona telah membuat lebih dari 124 juta orang sakit di seluruh dunia, dan juga menyebabkan lebih dari 2,7 juta kematian.***