Pertimbangkan Hubungan Saling Membutuhkan, Turki Isyaratkan Bergabung dengan Uni Eropa

- 1 Desember 2020, 10:26 WIB
Ilustrasi bendera Turki.
Ilustrasi bendera Turki. /pexels/aydınkiraz

PR TASIKMALAYA - Duta Besar Turki untuk Republik Ceko Egemen Bağış pada Senin, 30 November 2020 mengatakan bahwa Turki saat ini telah bergabung dengan Uni Eropa.

Dalam keterangan yang disampaikannya Bağış juga menyatakan bahwa gabungnya Turki Ke Uni Eropa sangat penting untuk stabilitas dan perdamaian dunia.

"Ketika Anda melihat sejarah negara-negara anggota (Uni Eropa), Anda melihat banyak perang, pertumpahan darah, permusuhan, kebencian dan air mata," kata Bağış.

Baca Juga: Unggah Nama-Nama Buronan Korupsi di Tanah Air, Haikal Hassan: 1 Koruptor Miskinkan Jutaan Rakyat

Namun demikan, Bağış mengungkapkan bahwa Uni Eropa memiliki komitmen yang kuat sehingga selama perjalanan sejarahnya tidak pernah saling menyerang satu sama lain.

“Hal yang paling menakjubkan tentang UE adalah bahwa tidak ada anggota UE yang menembakkan satu peluru pun ke anggota UE lainnya dalam sejarah organisasi,” ujar Bağış, yang juga mantan menteri Urusan UE dan kepala negosiator Turki,dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Daily Sabah. 

Ia juga menyebut bahwa, perdamaian yang terjalin di Uni Eropa harus diterapkan di kancah yang lebih luas yaitu perdamaian dunia.

"Kita harus mengubah proyek perdamaian ini ... menjadi proyek perdamaian global,” tambahnya. 

Baca Juga: HRS akan Diperiksa Polisi, Muannas Alaidid: Hanya Diminta Keterangan Kok Kayak Dunia Mau Runtuh

Selain itu, Bağış juga menyinggung soal letak geografis Turki yang dapat menjadi penghubung antara wilayah Barat dan Timur,.

"Turki adalah bagian paling timur dari Barat dan bagian paling barat dari Timur. Kami adalah bagian paling Eropa di Asia dan kami bagian paling Asia di Eropa," ujarnya.

Pernyataan Bağış tersebut muncul setelah Presiden Recep Tayyip Erdoğan baru-baru ini mengisyaratkan kebangkitan hubungan dengan blok tersebut (Uni Eropa).

Dalam pidato online-nya selama kongres Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) di beberapa provinsi, Erdogan mengatakan bahwa mereka melihat diri mereka sendiri di Eropa, bukan di tempat lain. Mereka ingin membangun masa depannya dengan Eropa.

Duta Besar Bağış menyatakan bahwa UE dan Turki saling membutuhkan, paling tidak karena 70% sumber energi yang dibutuhkan Eropa saat ini dekat dengan negara.

Baca Juga: Polda Minta Simpatisan Tak Ikut Antar HRS Pemeriksaan, FPI: Jika Tetap Ingin Ikut, Patuhi Protokol

"Uni Eropa di sebelah barat Turki perlu memiliki akses ke sumbernya," kata Bağış yang menunjukkan bahwa semua jalan melalui negara tersebut.

Turki memiliki sejarah terlama dengan serikat pekerja, termasuk proses negosiasi terpanjang.

Negara tersebut menandatangani perjanjian asosiasi dengan UE pada tahun 1964, yang biasanya dianggap sebagai langkah pertama untuk akhirnya menjadi kandidat.

Melamar pencalonan resmi pada tahun 1987, Turki harus menunggu hingga 1999 untuk
mendapatkan status negara kandidat.

Namun, untuk memulai negosiasi, Turki harus menunggu enam tahun lagi, hingga 2005, proses yang sangat panjang dibandingkan dengan pelamar lainnya.

Baca Juga: Geram pada Washinton yang Campuri Urusan Hong Kong, Tiongkok Beri Sanksi Tegas untuk 4 Pejabat AS

Terlepas dari proses negosiasi yang lambat, tak dapat dipungkiri bahwa potensi keanggotaan Turki dalam serikat pekerja menghadapi tantangan baru pada tahun 2016, ketika upaya kudeta oleh Gülenist Terror Group (FETÖ) terjadi, memaksa negara tersebut untuk menyatakan keadaan darurat.

Namun, merasa tidak senang dengan langkah tersebut, Parlemen Eropa pada 24 November 2016, menyatakan bahwa pihaknya akan "membekukan" negosiasi untuk sementara, yang telah membuat proses terhenti sejak saat itu.

Namun demikian, saat ini diketahui Turki telah mempersiapkan inisiatif baru untuk mempercepat proses aksesi ke Uni Eropa. ***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah