Konflik Ethiophia Kian Memanas, Jumlah Pengungsi yang Melarikan Diri Ke Sudan terus Bertambah

11 November 2020, 21:51 WIB
Ilustrasi Bendera Sudan /Pixabay

PR TASIKMALAYA - Ribuan pengungsi Ethiopia melarikan diri ke negara tetangga Sudan pada Rabu, 11 November 2020 ketika pasukan federal terus bertempur dengan pasukan lokal di wilayah Tigray utara yang tertutup.

Dengan adanya larangan akses bagi orang luar disertai dengan jaringan komunikasi yang terputus pasca status serangan yang terjadi selama seminggu oleh yang dilakukan Perdana Menteri Abiy Ahmed terhadap penguasa regional Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) telah menimbulkan kekhawatiran erosi kemajuan demokrasi di Ethiopia.

Terlebih, sumber keamanan dan media pemerintah telah memberikan informasi tentang ratusan kematian di negara bagian pegunungan yang berpenduduk lebih dari lima juta orang, di mana pesawat tempur federal telah membom gudang senjata saat tentara bertempur di darat.

Baca Juga: Apresiasi Pelaku UMKM, Pemerintah Akan Gelar Malam Anugerah Bangga Buatan Indonesia 2020

Mengingat antipati yang mendalam antara Tigrayans dan Abiy, yang berasal dari kelompok etnis Oromo terbesar, dan friksi etnis di tempat lain di sekitar Ethiopia, ada ketakutan akan perang saudara dan benturan di sekitar wilayah Tanduk Afrika.

Ethiopia mencapai kesepakatan damai dengan tetangganya Eritrea dua tahun lalu, di mana Abiy memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2019, tetapi kedua pemerintah telah lama menyimpan dendam terhadap TPLF.

Pemerintah Abiy juga memiliki pasukan yang dikerahkan di Somalia untuk membantu memerangi pemberontakan Islam.

Baca Juga: Wishnutama Sebut Mekanisme Alur Dana Hibah Harus Dipahami Hotel dan Restoran

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuteurs, Sumber-sumber Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan kepada bahwa konflik Tigray telah mengirim 6.000-7.000 orang melarikan diri melintasi perbatasan ke Sudan, dengan Khartoum khawatir jumlah itu bisa membengkak.

Alsir Khaled, seorang pejabat dari komisi pengungsi Sudan mengungkapkan bahwa jumlahnya meningkat sepanjang waktu.

Abiy, yang pada usia 44 tahun menjadi pemimpin termuda Afrika, melancarkan operasi di Tigray pekan lalu setelah menuduh pemerintah daerah di sana menyerang pangkalan militer.

Baca Juga: RSD Wisma Atlet Sabet Dua Penghargaan MURI di Hari Pahlawan

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Afrika, dan lainnya menyerukan gencatan senjata, tetapi diplomat dan pejabat keamanan mengatakan Abiy bermaksud menghancurkan para pemimpin Tigrayan dan tidak siap untuk menengahi.

Abiy dalam Twitternya menulis, “Kami tidak akan berhenti sampai junta ini dibawa ke pengadilan.”

Perlu diketahui, TPLF adalah gerakan yang tangguh dalam pertempuran, berada di garis depan perang 1998-2000 dengan Eritrea dan kekalahan Mengistu Haile Mariam pada tahun 1991. Pasukan dan milisi mereka dipersenjatai dengan baik dan berjumlah hingga 250.000 orang.

Baca Juga: Berkuasa Selama 50 Tahun, Perdana Menteri Terlama di Dunia dari Bahrain Meninggal

Meskipun ada sedikit detail dari lapangan, pertempuran itu akan memperburuk situasi kemanusiaan di Tigray, di mana sudah ada 100.000 orang terlantar dan 600.000 bergantung pada bantuan makanan. ***

 

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler