Dapat Musnahkan Setengah Populasi Dunia, Virus dari Ayam Bisa Jadi Pandemi Mematikan Berikutnya

15 Juni 2020, 15:20 WIB
ILUSTRASI peternakan ayam.* /NURHANDOKO WIYOSO/PR/

PR TASIKMALAYA - Dunia masih berjuang untuk mencapai normal sejak munculnya pandemi virus corona pada akhir Desember 2019.

Sejak itu, pandemi global telah menyebabkan hampir 400.000 lebih kematian, dan sekitar 6,5 juta kasus.

Dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Boldsky, laporan baru tentang virus apokaliptik dan pernyataan dari Dr Michael Greger, penulis buku terlaris 'How Not To Die' cukup membuat terkejut.

Baca Juga: Sering Mengalami Cegukan? Berikut Jenis, Penyebab, Faktor Risiko hingga Pengobatannya

Ia mengklaim bahwa ayam dapat menjadi penyebab pandemi mematikan berikutnya.

Dr Michael Greger menunjukkan bahwa sementara COVID-19 mungkin telah mengguncang keseimbangan ekonomi dan sosial dunia secara keseluruhan.

Namun, jenis virus baru dari peternakan ayam dapat menyebabkan pandemi yang lebih berbahaya daripada COVID-19.

Bukan hanya itu, tetapi ilmuwan itu juga menambahkan bahwa virus tersebut bisa berpotensi memusnahkan setengah populasi dunia.

Baca Juga: Ketegangan Laut Cina Selatan Terus Bergejolak, Tiongkok Dikabarkan Tabrak Kapal Nelayan Vietnam

Diskusi tentang kemungkinan virus baru dibahas dalam buku baru Dr Greger, 'How To Survive A Pandemic', di mana ia memperingatkan bahwa selama ada unggas, akan ada pandemi.

Ilmuwan menunjukkan alasan-alasan ayam yang akan memunculkan pecahnya pandemi baru.

Salah satu alasannya yakni, Hubungan dekat manusia dengan hewan dapat menyebabkan jenis epidemi terburuk dan beberapa penyakit lain seperti COVID-19, Flu babi, dan lain-lain telah tertular dari hewan.

Kemudian Flu burung H5NI yang muncul di Tiongkok pada tahun 1997 terjadi lagi pada tahun 2003 dan 2009 di luar Tiongkok, menunjukkan bahwa virus tersebut tidak sepenuhnya dihilangkan dan kemungkinan wabahnya tinggi.

Baca Juga: Studi Genetik Ungkap Pasien Covid-19 Bergolongan Darah A Lebih Berisiko Alami Gagal Napas

Selain itu, peternakan unggas atau ayam yang diternakkan secara massal adalah tempat berkembang biaknya penyakit karena ayam dibuat untuk hidup di ruang yang sangat sempit dan tingkat amonia yang tinggi dari kotorannya yang juga berserakan di kandang.

Produksi massal unggas, penggunaan antiviral manusia dan kurang kebersihannya menyebabkan keprihatinan.

Sementara menyebutkan kemungkinan wabah yang dapat menyebabkan kematian hampir setengah dari populasi dunia, Dr Greger menyarankan bahwa pola makan jadi harus dialihkan ke makanan nabati.

Ilmuwan menyimpulkan dengan menyarankan bahwa meskipun tindakan peringatan dapat membantu sampai batas tertentu, itu mungkin tidak cukup untuk mencegah pecahnya pandemi baru.

Baca Juga: Dibiarkan Selama Tiga Bulan, Tiang Kabel Rusak Milik Perusahaan Telekomunikasi Halangi Jalan

"Semakin banyak hewan, semakin banyak virus yang berputar di roda roulette untuk pandemi jackpot yang mungkin tersembunyi di lapisan paru-paru ayam," ujarnya.

Dia juga menekankan pentingnya mengadopsi vegetarian atau gaya hidup nabati yang menghindari konsumsi daging dan susu.

Ia kemudian menyarankan bahwa itu tidak hanya mengurangi risiko pandemi mematikan, tetapi secara alami juga baik untuk kesehatan tubuh seseorang.

Peternakan unggas yang menjadi pertanyaan tentang pemicu pandemi bukanlah hal baru.

Baca Juga: Pihak Agensi Bantah Rumor Kencan Song Joong Ki dengan Seorang Pengacara

Berbagai penelitian telah mengaitkan peternakan unggas dengan beberapa penyakit.

Satu studi, yang berfokus pada peternakan unggas di Indonesia menemukan bahwa penyakit bakteri dan virus yang menginfeksi ayam broiler di peternakan adalah Penyakit Pernafasan Kronis (CRD) dan Colibacillosis, dan Penyakit Bursal Menular (IBD / Gumboro) dan Penyakit Newcastle (ND).

Penyakit lain yang ditemukan pada tingkat prevalensi rendah adalah Snot dan Ascites dan menyarankan perlunya menerapkan efek untuk mengendalikan penyakit virus.

Studi lain menunjukkan bahwa sementara produksi unggas telah menjadi bagian integral dari peternakan kecil selama berabad-abad, penting untuk mencapai keamanan pangan, sehingga dapat menghindari munculnya penyakit menular.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Boldsky

Tags

Terkini

Terpopuler