Miliki Masalah dengan Tiongkok, Warga Taiwan 'Jatuhkan' Walikota yang Dukung Kebijakan Beijing

7 Juni 2020, 13:30 WIB
MANTAN Wali Kota dan pendukung Tiongkok di Taiwan, Han Kuo-yu kembali dikalahkan dalam pemilu kepala daerah di kota pelabuhan Kaohsiung.* /AFP/Sam Yeh

PR TASIKMALAYA - Ketegangan Tiongkok dan negara tetangganya semakin meningkat.

Dimulai saat Tiongkok diklaim tengah menguasai Laut China Selatan di tengah pandemi Covid-19.

Salah satu negara yang khawatir dengan pergerakan Tiongkok yakni adalah Taiwan, yang diklaim akan dikuasai areanya oleh tiongkok beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Poligami Disahkan Oleh Hukum Agama, Perceraian di Arab Saudi Capai 7.000 Kasus Selama Lockdown

Sebagai bentuk lawanan untuk Tiongkok, Warga kota pelabuhan Taiwan, Kaohsiung memilih untuk 'mengusir' walikota mereka.

Han Kuo-Yu gagal dalam pemilihan kepala daerah  atas nama Partai Nasionalis. Dia pun diketahui memiliki hubungan baik dengan Tiongkok.

Warga sengaja mengusir karena diketahui walikota itu pro terhadap kebijakan Tiongkok atas Taiwan.

Jumlah suara Han Kuo-yu jauh melebihi 574.996 untuk membuatnya kalah. Pemungutan suara itu dilakukan pada 6 Juni 2020.

Baca Juga: Sempat Tak Mau Akui Karena Malu, Seorang Pria Jalani Operasi Usai Masukan Kabel Lewat Kelamin

Han menerima hasilnya dalam sebuah pernyataan kepada para pendukung dan media setelah ambang batas disahkan.

Han kemudian menyalahkan media sebagian untuk hasil itu dan ia mengatakan bahwa dirinya telah menjadi objek serangan.

Dia diberikan satu minggu untuk meninggalkan kantor, kecuali dia memutuskan untuk naik banding.

Keberhasilan pemungutan suara yang pertama di Taiwan, dipuji oleh komentator sebagai tanda terbaru politisi yang bertanggung jawab dalam demokrasi yang kuat di pulau itu.

Baca Juga: Diduga karena Hubungan Memburuk, Trump Akan Tarik 9.500 Tentara AS dari Jerman

Ini juga merupakan pukulan lebih lanjut bagi kaum Nasionalis, yang memindahkan pemerintahan mereka ke pulau itu setelah Komunis Mao Zedong meraih kekuasaan di daratan Tiongkok pada tahun 1949.

Hubungan berkelanjutan partai dengan tuntutan Tiongkok untuk penyatuan akhirnya antara pihak-pihak terus menerus melemahkannya pada pemilihan, tetapi kegagalan untuk menghasilkan kandidat populer juga telah menghasilkan kekalahan besar baru-baru ini.

Langkah untuk menjatuhkan Han membutuhkan dukungan 25 persen dari lebih dari 2 juta pemilih yang memenuhi syarat di kota itu. Lebih dari 22.000 orang memilih menentang penahanannya.

Han merupakan kubu Partai Progresif Demokratik yang berkuasa, yang menolak permintaan Tiongkok agar mengakui Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok pada tahun 2018.

Baca Juga: Studi Baru Sebut Bahwa Pria Botak Memiliki Risiko Lebih Tinggi Alami Kematian Akibat Covid-19

Namun keputusannya untuk mengambil cuti demi jabatan presiden setelah bulan menjabat, menuai banyak kritik dan kampanye petisi diluncurkan untuk meminta Han sadar.

Han dilecehkan karena kontaknya dengan Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa dan kalah dalam pemilihan presiden Januari dengan lawannya Tsai Ing-wumbung DPP.

Ketidaksetujuan Taiwan kuat terhadap tindakan keras terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi di wilayah semi-otonom Hong Kong.

Baca Juga: Tak Semazhab dengan Sikap Trump Kerahkan Militer, Wali Kota Washington Dukung Demonstran

Pertanyaan terkait Han yang memperoleh properti mahal dengan gaji pegawai negeri yang sederhana juga membuat dirinya dicurigai dan kalan dalam pemilu.

Tiongkok telah menghindar dari Tsai sejak tak lama setelah pelantikannya pada tahun 2016, menutup pulau yang sudah terisolasi secara diplomatik dari forum internasional dan meningkatkan ancamannya untuk menaklukkan pulau itu dengan kekuatan militer.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Japan Times

Tags

Terkini

Terpopuler