Sebelumnya Ancam Kirimkan Anjing Ganas, Trump Kerahkan Ribuan Tentara untuk Hentikan Demonstran

2 Juni 2020, 14:30 WIB
PRESIDEN Amerika Serikat, Donald Trump.* /

PR TASIKMALAYA - Sebelumnya Donald Trump telah mengancam para pengunjuk rasa di Gedung Putih akan diserang oleh senjata tajam dan anjing ganas.

Lalu Presiden AS Donald Trump pada hari Senin, 1 Juni 2020 mengatakan ia mengerahkan ribuan tentara dan polisi 'bersenjata berat'.

Hal itu ia benarkan untuk mencegah protes lebih lanjut di Washington, di mana bangunan dan monumen telah dirusak di dekat Gedung Putih.

Baca Juga: Ibadah Haji 2020 Dibatalkan Akibat Covid-19, Menteri Agama Fachrul Razi: Ini Pahit dan Sulit

"Apa yang terjadi di kota tadi malam benar-benar memalukan," katanya dalam pidato nasional ketika gas air mata meledak dan massa memprotes di jalan-jalan terdekat.

"Saya mengirim ribuan dan ribuan tentara yang bersenjata lengkap, personel militer dan petugas penegak hukum untuk menghentikan kerusuhan, penjarahan, perusakan, penyerangan, dan perusakan properti secara tidak disengaja," tambahnya lagi.

Dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs AFP, Trump mengecam 'aksi teror domestik' setelah protes nasional terhadap kematian seorang Afrika-Amerika George Floyd.

Ia mati dengan tidak bersenjata dalam tahanan polisi yang emngakibatkan kerusuhan dan berujung kekerasan di seluruh negara.

Baca Juga: Tak Mau Hubungan Bilateral dengan AS Kacau, Indonesia Lebih Pilih F-35 Dibanding Sukhoi SU-35

"Saya ingin para penyelenggara teror ini berada di pemberitahuan bahwa Anda akan menghadapi hukuman pidana berat dan hukuman yang panjang di penjara," kata Trump ketika polisi terdengar menggunakan gas air mata dan setrum granat untuk membersihkan para demonstran di luar Gedung Putih.

Dia juga meminta gubernur negara bagian untuk mengerahkan Pengawal Nasional dalam jumlah yang cukup untuk mendominasi jalan-jalan.

Satu minggu setelah Floyd meninggal di Minneapolis, otopsi menyalahkan kematian videonya tepat pada petugas polisi kulit putih yang menjepit lehernya dengan lutut selama hampir sembilan menit.

Saat itu Floyd memohon, "Aku tidak bisa bernapas!"

Baca Juga: Ditinggalkan Selama Dua Bulan Karena Wabah Covid-19, Kamar Kost Seorang Mahasiswi Dipenuhi Jamur

"Buktinya konsisten dengan asfiksia mekanik sebagai penyebab kematian, dan pembunuhan sebagai cara kematian," ujar Aleccia Wilson, pakar Universitas Michigan yang memeriksa tubuh korban atas permintaan keluarga.

Kerusuhan telah menjadi yang paling luas di Amerika Serikat sejak tahun 1968, ketika kota-kota terbakar dalam pembakaran atas ikon hak-hak sipil Martin Luther King Jr.

Kejadian ini juga menghidupkan kembali kenangan tentang kerusuhan 1992 di Los Angeles setelah polisi dibebaskan dalam pemukulan brutal pengendara motor hitam Rodney King.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: AFP

Tags

Terkini

Terpopuler