Gertak Tiongkok, AS Kirimkan Kembali Kapal Angkutan Laut di Wilayah Laut China Selatan

10 Mei 2020, 03:55 WIB
USS Montgomery (LCS-8) ​​melakukan operasi rutin di dekat kapal berbendera Panama, Capella Barat, pada 7 Mei 2020 di Laut Cina Selatan.* // Angkatan Laut AS

PIKIRAN RAKYAT - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengirim sepasang kapal untuk berpatroli di sekitar sengketa hak mineral antara Malaysia dan Tiongkok di Laut China Selatan.

Pengiriman kapal ini sudah kedua kalinya dalam waktu satu bulan, dengan tujuan untuk menggertak Tiongkok.

Kapal Tempur Littoral USS Montgomery (LCS-8) ​​dan kapal pengisian USNS Cesar Chavez (T-AKE-14) itu melakukan operasi di Laut China Selatan pada Kamis di dekat kapal bor berbendera Panama, Capella Barat.

Baca Juga: Cek Fakta: Terkait Isu Dukhan 15 Ramadhan, Benarkah Makhluk Aneh Muncul di Langit Arab? Ini Faktanya

Kapal perang Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (RENCANA) dan kapal Penjaga Pantai Tiongkok juga beroperasi di dekat kapal pengeboran tersebut.

Pada akhir April, kapal penjelajah peluru kendali USS Bunker Hill (CG-52) berlayar dengan kapal fregat Angkatan Laut Australia HMAS Parramatta (FFG-154) bergabung dengan kapal serbu amfibi USS America (LHA-6) dan kapal perusak rudal berpemandu USS Barry (DDG-52) untuk melakukan latihan gabungan di daerah tersebut.

Hal ini dilakukan karena daerah itu merupakan tempat di mana kapal survei pemerintah Tiongkok, Haiyang Dizhi 8, beroperasi dengan pengawalan beberapa kapal Penjaga Pantai Tiongkok pada saat itu.

Dalam hal ini, Tiongkok dituduh akan melakukan hal yang dapat manguasai Laut China Selatan.

Baca Juga: Pemkab Tasikmalaya Akui Masih Kekurangan, Tenaga Bidan Belum Merata di 351 Desa

Pada hari Jumat, komandan Armada Pasifik AS Laksamana John Aquilino mengeluarkan pernyataan yang ditujukan pada operasi Tiongkok di wilayah tersebut.

"Kami berkomitmen untuk tatanan berbasis aturan di Laut China Selatan, dan kami akan terus memperjuangkan kebebasan laut dan supremasi hukum," kata Aquilino dalam rilisnya dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dalam situs USNI News.

Ia mengatakan bahwa Tiongkok harus mengakhiri pola penindasan terhadap orang Asia Tenggara terkait minyak, gas, dan perikanan.

Amerika Serikat sedang dalam proses membantu Malaysia membangun kapabilitas kesadaran domain maritimnya sendiri dengan menyediakan 12 sistem UAS ScanEagle dan mengubah tiga pesawat angkut Angkatan Udara Kerajaan Malaysia CN-235 menjadi pesawat pengintai maritim.

Baca Juga: Kebijakan PSBB Buat Moda Transportasi Berhenti, Pengelola Bus AKAP di Tasikmalaya Menjerit

Selain operasi di luar Malaysia, AS telah meningkatkan kebebasan operasi navigasi di Laut China Selatan.

Bunker Hill melakukan operasi navigasi kebebasan melalui rantai Pulau Spratly dekat Gaven Reef di wilayah tersebut.

"Klaim maritim yang melanggar hukum dan menyapu Laut Cina Selatan menimbulkan ancaman serius terhadap kebebasan laut, termasuk kebebasan navigasi dan penerbangan, dan hak lintas semua kapal yang tidak bersalah," demikian bunyi pernyataan dari Armada ke-7.

Pernyataan itu juga mengungkapkan bahwa kebebasan operasi ini menjunjung tinggi hak, kebebasan, dan penggunaaan laut secara sah yang diakui dalam hukum internasional dengan menantang pembatasan pada jalur tidak bersalah yang diberlakukan oleh Tiongkok, Taiwan, dan Vietnam.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Tags

Terkini

Terpopuler