Jadi Harapan Baru bagi Dunia, Berikut 6 Obat Covid-19 yang Efektif Sembuhkan Penderita

18 April 2020, 13:15 WIB
ILUSTRASI vaksin COVID-19.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Virus corona tengah mengancam dunia, tercatat ada 210 negara yang telah melaporkan kasus virus corona, sebanyak 2,2 juta orang dinyatakan positif, dengan 154.126 orang meregang nyawa akibat virus yang menyerang sistem pernapasan ini.

Dengan fenomena ini, sebagian negara tengah berupaya melakukan ragam cara, guna menekan angka penyebaran akibat Covid-19, baik dengan memberlakukan kebijakan lockdown atau penguncian wilayah maupun dikembangkannya sejumlah vaksin.

Hingga kini, lebih dari 70 kandidat vaksin sedang dikembangkan di seluruh dunia, dengan setidaknya lima vaksin telah melalui masa pengujian pendahuluan pada manusia.

Baca Juga: Kesempatan Berkarir Bersama Pikiran Rakyat, Bisa Magang dan Langsung Kerja!

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Reuters, berikut 6 vaksin yang tengah diteliti dan diklaim aman serta efektif untuk mengobati virus corona.

1. Remdesivir

Obat antivirus ini awalnya dikembangkan untuk memerangi virus RNA termasuk virus syncytial pernapasan. Setidaknya 13 uji coba sedang berlangsung di Tiongkok, Eropa dan Amerika Serikat dengan hasil awal dari dua uji coba Tiongkok dirilis pada April 2020 ini.

Merujuk pada pendapat WHO saat Februari 2020 lalu, Remdesivir adalah vaksin yang paling efektif dan berhasil untuk melawan Covid-19.

Baca Juga: Digelar Secara Online, Pengelola LPK Kota Tasikmalaya Pesimis Soal Program Kartu Prakerja

Data awal merujuk dari studi pasien dengan Covid-19 yang relatif parah. Setelah diberi Remsediver, ternyata obat antivirus itu efektif sehingga membuat pasien cepat pulih, hasil tersebut mungkin menunjukkan efektivitas yang terbatas.

Status: Penelitian dilakukan berulang.

Hasil awal: 0-3 bulan.

2. Hydrocychloroquine atau Chloroquine

Obat malaria yang juga diyakini memiliki aktivitas anti virus. Bekerja dengan menghalangi virus SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel dalam percobaan in-vitro.

Baca Juga: Otoritas Kesehatan Wuhan Ungkap 4 Alasan Revisi Jumlah Kasus dan Kematian akibat Covid-19

Berdasarkan penelitian kecil di Perancis, beberapa pasien Covid-19 menunjukkan perbaikan tetapi tidak ada cara untuk mengetahui apakah obat itu penyebabnya.

Hasil yang dipublikasikan pada April 2020 dari penelitian lain di Perancis dan satu di Tiongkok tidak menemukan manfaat pada pasien yang diobati dengan obat Chloroquine ini.

Guna mengetahui efektivitas obat tersebut, kini puluhan studi klinis tengah berlangsung di seluruh dunia.

Status: Digunakan kembali

Hasil awal: 0-3 bulan.

Baca Juga: Update Virus Corona di Indonesia per 18 April 2020: Pasien Positif Sentuh 6.000 Kasus

3. Actemra (Tocilizumab) produksi Roche.

Antibodi monoklonal berupa obat Actemra sebelumnya hanya digunakan untuk pengobatan artritis reumatoid dan juga untuk mengobati respon "kekebalan sitokin" yang berlebihan pada pasien kanker.

Sebanyak lima belas uji coba dari antibodi tersebut telah terdaftar di pusat penelitian Tiongkok, Eropa dan Amerika Serikat dengan mengujinya pada pasien Covid-19, sendiri atau dibandingkan dengan terapi lain.

Baca Juga: Basmi Covid-19, Jerman dan Italia Siap Luncurkan Aplikasi Pelacak Kontak Pengidap Corona

Satu percobaan di Perancis mengamati efek 28 hari pada Covid-19 pada pasien dengan kanker stadium lanjut atau metastasis.

Status: Digunakan kembali.

Hasil awal: 0-3 Bulan.

4. Kevzara (Sarilumbab) diproduksi Sanofi, Regeneron Pharmaceuticals.

Antibodi monoklonal disetujui untuk radang sendi, dan dalam uji coba yang menargetkan respon imun "sitokin" pada pasien Covid-19 yang sakit parah. Kepala petugas ilmiah Regeneron mengatakan data awal tentang efektivitas akan diluncurkan pada akhir April.

Baca Juga: Rumor Pemalsuan Angka Mencuat, Tiongkok Malah Revisi Laporan Kematian Naik 50 Persen

Status: Digunakan kembali.

Hasil awal: 0-3 bulan.

5. Jakavi (Ruxolitinib) diproduksi Novartis, Incyte.

Obat ini semula dikembangkan untuk mengobati penyakit radang dan autoimun, dan pada tahap akhir berkembang sebagai krim untuk dermatitis atopik.

Satu percobaan masing-masing di Kanada dan Meksiko akan menguji obat pada Covid-19 pasien dengan gejala pernapasan parah yang terkait dengan respons kekebalan "badai sitokin", dengan hasil awal diharapkan pada Juni 2020.

Sedangkan, di Amerika Serikat, Novartis membentuk program akses terkelola untuk digunakan pada penyakit Covid-19 parah sangat parah pada 7 April 2020 ini.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, 18 April 2020: Cipatujah dan Kawalu Waspada Hujan Sedang

Status: Digunakan kembali.

Hasil awal: 0-3 bulan.

6. Kaletra (Lopinavir atau Ritonavir) diproduksi Abbvie.

Kombinasi antivirus digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi HIV. Namun Lebih dari dua puluh uji coba di seluruh dunia menguji obat ini sebagai pengobatan Covid-19, atau profilaksis pasca untuk orang dengan kontak dekat berisiko tinggi dengan kasus yang dikonfirmasi.

Satu uji coba terkontrol secara acak di Tiongkok menerbitkan hasil pada bulan Maret 2020 lalu, namun tidak menunjukkan perbedaan kematian 28 hari di antara 199 pasien.

Baca Juga: Mengandung Nutrsi dan Vitamin, Ketahui Manfaat Biji Bunga Matahari Lainnya

Waktu rata-rata untuk perbaikan klinis adalah satu hari lebih pendek pada pasien yang menggunakan obat.

Namun para peneliti yang sama, dokter di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan mengatakan pada April bahwa mereka percaya Kaletra, serta obat kedua, bismuth potassium citrate, guna membantu beberapa pasien Covid-19 yang mereka rawat.

Status: Digunakan kembali.

Hasi awal: 0-3 bulan.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler