Timbulkan Masalah pada Detak Jantung, Brazil Hentikan Riset Chloroquine untuk Obati Corona

- 14 April 2020, 20:20 WIB
OBAT Hydroxychloroquine.*
OBAT Hydroxychloroquine.* /ANTARA

PIKIRAN RAKYAT- Presiden Donald Trump telah merekomendasikan obat malaria Hydroxychloroquine sebagi vaksin virus corona, bahkan Trump telah memesan jutaan dosis dari India.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Assosiated Press, Peneliti Brazil mengungkap, negarannya telah menghentikan sebagian riset obat anti malaria it karena menyebabkan efek samping yang ditimbulkan berupa masalah pada detak jantung.

Sebelumnya, efek samping obat Chloroquine yang disebutkan menimbulkan masalah pada detak jantung telah diketahui sejak lama. Obat ini memicu masalah detak jantung bahkan bisa berakibat pada kematian mendadak.

Baca Juga: Tak Perlu Bingung, Bandung Punya 5 Spot Foto Prewedding yang Ramah Dikantong

Adapun riset yang dilakukan di kawasan Amzonia tepatnya kota Manaus, telah melibatkan 440 pasien Covid-19 yang kondisinya parah. Riset dilakukan dengan membagi pasien ke dalam dua kelompok.

Kelompok pertama diberi dua dosis chloroquine 600 miligram per hari, sementara pada kelompok kedua diberi chloroquine 450 miligram dua kali sehari di hari pertama, kemudian dikurangi hanya sekali sehari dalam 4 hari berikutnya.

Hasilnya, sebanyak 81 pasien Covid-19 yang diberi chloroquine dalam dosis 600 miligram dua kali sehari selama 10 hari, menunjukan gejala masalah gangguan ritme jantung. Dan menunjukan gejala lain, risiko kematian lebih besar di kalangan pasien dalam kelompok ini.

Baca Juga: Bantu Berantas Covid-19, MWC NU Tasikmalaya Sumbang Ribuan Masker dan Hand Sanitizer

Sedangkan pada kelompok pasien yang diberi chloroquine dalam dosis 450 miligram dua kali sehari di hari pertama, dan satu dosis selama empat hari berikutnya gejala gangguan jantung tidak muncul. Diketahui dosis ini digunakan dalam sejumlah risey termasuk studi kecil di Amerika Serikat.

Disebutkan, masih terlalu dini untuk pembuktian apakah pengobatan dengan chloroquine ini efektif dan aman. Sejauh ini riset Brazil tidak memiliki pembanding.

Halaman:

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: AP News Bussines Insider


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x