Rumor Pemalsuan Angka Mencuat, Tiongkok Malah Revisi Laporan Kematian Naik 50 Persen

18 April 2020, 07:51 WIB
POTRET Presiden Tiongkok Xi Jinping //Instagram/@realxijinping

PIKIRAN RAKYAT - Negara yang diduga asal ditemukannya virus corona, Tiongkok telah melaporkan revisi lonjakan jumlah kematian akibat Covid-19, menunjukan peningkatan sebesar 50 persen, cukup tinggi sehingga totalnya menjadi 3.869 orang.

Perbaikan laporan angka kematian akibat Covid-19 di Tiongkok ini menambah kecurigaan dunia saat rumor keakuratan data terinfeksi dan jumlah kematian Tiongkok tengah merebak, seiring dengan meningkatnya kasus global.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Reuters, Negeri Tirai Bambu ini menambahkan 1.290 kematian pada data 2.579 kematian yang sebelumnya dihitung Kamis, 16 April 2020. Mencerminkan pelaporan yang salah, keterlambatan dan kelalaian.

Baca Juga: Mengandung Nutrsi dan Vitamin, Ketahui Manfaat Biji Bunga Matahari Lainnya

Revisi ini mengindikasikan pada berbagai asumsi aneh, terkait keakuratan data yang selama ini Tiongkok sajikan, seperti yang diungkap oleh satuan tugas pemerintah daerah yang bertugas mengendalikan virus corona.

Lebih lanjut, hasil revisi itu membuat Tiongkok kini mengakomodasi perubahan data kematian di Wuhan, Tiongkok melaporkan perbaikan itu pada Jumat, 17 April 2020. Menyebutkan jumlah kematian nasional menjadi 4.632 naik sebesar 50 persen.

Revisi tersebut mengikuti spekulasi luas bahwa jumlah kematian di Wuhan secara signifikan lebih tinggi dari yang dilaporkan.

Baca Juga: Baznas Kabupaten Tasikmalaya Bantu Warga Terdampak Pandemi Covid-19 

Tak hanya itu, rumor tentang lebih banyak korban akibat virus corona di Wuhan telah berminggu-minggu berkembang dengan dipicu foto-foto antrian panjang, anggota keluarga yang menunggu untuk mengumpulkan abu kerabat yang dikremasi dan laporan ribuan guci yang menumpuk di rumah duka.

"Pada tahap awal, karena kapasitas rumah sakit yang terbatas dan kekurangan staf medis, beberapa lembaga medis gagal untuk terhubung dengan sistem pengendalian dan pencegahan penyakit lokal secara tepat waktu,

"Yang mengakibatkan tertundanya pelaporan kasus yang dikonfirmasi dan beberapa kegagalan untuk menghitung jumlah pasien secara akurat," menurut siaran media pemerintah CGTN yang mengutip seorang pejabat Wuhan yang tidak disebutkan namanya.

Baca Juga: 7 Mitos Saat Bulan Ramadhan, Salah Satunya Menangis Bikin Batal Puasa, Cek Faktanya!

Kemudian, kecurigaan bahwa Tiongkok tidak transparan tentang wabah telah meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Bahkan presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada Rabu menyatakan skeptis tentang jumlah kematian yang sebelumnya dinyatakan hanya sekitar 3.000 orang.

"Apakah Anda benar-benar percaya pada data di negara yang luas yang disebut Tiongkok ini, dan bahwa mereka memiliki sejumlah kasus dan sejumlah kematian tertentu, apakah ada yang benar-benar percaya akan hal itu?" ujarnya.

Baca Juga: Dinilai Rentan Terpapar Corona, Puluhan Jurnalis di Tasikmalaya Ikut Rapid Test Covid-19

Namun, beberapa ahli percaya banyak negara lain gagal menunjukan jumlah sesungguhnya terkait angka kematina dan terinfeksi Covid-19, dimana orang yang tidak sempat menjalani pengujian atau pergi ke rumah sakit, tidak termasuk dalam perhitungan resmi.

Lebih lanjut, jumlah total kasus Wuhan direvisi meningkat 325 kasus, yang menunjukkan bahwa beberapa kematian baru telah dicatat sebagai kasus tetapi tidak dikonfirmasi sebagai kematian.

Itu menjadikan jumlah total kasus di kota berpenduduk 11 juta orang itu menjadi 50.333, atau sekitar 60% dari total kasus di Tiongkok daratan.

Baca Juga: Ketahui 6 Makanan yang Tidak Boleh Dimakan Mentah, Salah Satunya Wortel

Bermula dilansir pemerintah Tiongkok melalui platform microblogging Weibo, negara tirai bambu ini mengakui kesalahan dengan menyebut 'Wuhan merevisi angka kematian'.

Alih-alih mendapat kecaman dan hujatan, pemerintah Tiongkok malah menerima banyak komentar pujian, karena telah mengakui kesalahannya dan memperbaikinya, meskipun beberapa masih mempertanyakan jumlahnya dan satu mendesak provinsi lain untuk mengkaji kembali data mereka.

Sebelumnya, sejumlah dokter dan pejabat pemerintah Wuhan telah berulang kali ditanya tentang keakuratan jumlah korban tewas oleh wartawan.

Baca Juga: Gelar Aksi Peduli Covid-19, Alumni Akabri Udara 1998 Bagikan Paket Sembako di Tasikmalaya

Kemudian, beberapa pejabat itu mengakui bahwa orang mungkin telah meninggal tanpa dihitung pada hari-hari awal wabah yang kacau, sebelum tes tersedia secara luas.

"Tidak mungkin banyak jumlahnya karena itu periode yang sangat singkat," kata Wang Xinghuan, kepala salah satu dari dua rumah sakit darurat yang dibangun untuk wabah kepada wartawan di Wuhan pada 12 April 2020 lalu.

Sementara itu, sebelum data baru Wuhan diumumkan, Tiongkok mengatakan telah mencatat 26 kasus baru virus corona pada Kamis, 16 April 2020, turun dari 46 kasus sehari sebelumnya, menurut Komisi Kesehatan Nasional.

Baca Juga: Jadi Provinsi Terpadat, Kemensos RI Beri Kuota Bansos untuk Satu Juta KK di Jawa Barat

Ini membuat jumlah total kasus di Tiongkok daratan menjadi 82.367.

Sedangkan, dari kasus-kasus baru ini, 15 adalah infeksi impor, terendah sejak 17 Maret 2020 lalu.

Sekitar 11 kasus sisanya dikonfirmasi ditransmisikan secara lokal, turun dari 12 kasus pada hari sebelumnya. Jumlah kasus baru tanpa gejala meningkat menjadi 66 dari 64 kasus pada sehari sebelumnya.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler