Para lmuwan Ungkap Virus Corona yang saat Ini Menyebar di Dunia Memiliki 3 Jenis Berbeda

10 April 2020, 11:54 WIB
ILUSTRASI virus corona.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Virus corona merupakan virus yang sudah lama ada dan kini memiliki jenis baru yang tengah menyebar ke seluruh dunia.

Virus tersebut dinamakan SARS-Cov-2 yang kemudian bisa menyebabkan Covid-19.

Para peneliti dari Cambridge University memetakan sejarah genetik infeksi virus corona mulai dari Desember 2019 hingga Maret 2020.

Baca Juga: Wali Kota Tasikmalaya: Pemberlakuan Jam Malam Guna Cegah Covid-19 Masih dalam Pengkajian 

Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada tiga varian berbeda dari virus corona, namun ketiganya memiliki keterikatan satu sama lainnya.

Ketiga jenis corona itu kini tengah menyebar di banyak negara di dunia.

Analisis menunjukkan bahwa ada jenis A, yang merupakan virus asli yang menular dari satu manusia ke manusia lainnya dari kelelawar melaui trenggiling, dan virus ini bukan virus yang umum di Tiongkok.

Hasil penelitian menunjukkan tipe A adalah yang paling umum di Australia dan AS.

Baca Juga: Dampak Virus Corona, 15 Ribu Warga Tasikmalaya Kena PHK dan Dirumahkan Sementara

Dua pertiga sampel di Amerika adalah virus corona tipe A, tetapi pasien yang terjangkit sebagian besar berasal dari Pantai Barat, bukan New York.

Kemudian ada jenis tipe B, yang diketahui menyebar pada malam Natal Desember 2019 silam.

Dr. Peter Forster dan timnya menemukan Inggris sebagian besar diserang oleh virus corona tipe B.

Untuk negara Swiss, jerman, Prancis, Belgia dan Belanda juga didominasi oleh virus corona tipe B.

Baca Juga: Sebut Presiden Xi Jinping Badut Corona, Krikitus Terkenal asal Tiongkok Ditangkap

Variasi lain yakni, virus tipe C yang merupakan anak dari tipe B yang kemudian menyebar ke daerah Eropa melalui Singapura.

Para ilmuwan meyakini virus SARS-CoV-2 ini bermutasi untuk mengatasi resistensi sistem kekebalan pada populasi yang berbeda.

Studi ini memunculkan keanehan bahwa virus tipe A menyebar melalui Pantai Barat AS.

Namun karena strain A dan B sudah ada di AS sejak Januari saat diumumkannya kasus pertamanya di negra tersebut, para ilmuwan belum bisa memastikan dengan tegas bahwa virus memang benar-benar berawal dari negara itu.

Baca Juga: 150 Bangsawan Kerajaan Arab Saudi Terinfeksi Covid-19, Raja Salman Pergi Asingkan Diri

Karya akademis dari para ilmuwan, hanya melecak 160 sampel pasien di seluruh dunia, termasuk yang ada di Eropa dan AS.

Metode yang digunakan untuk melacak virus tersebut yakni dengan metode yang digunakan untuk melacak migrasi prasejarah manusia purba silam.

Tim peneliti sekarang telah memperbarui lebih dari 1.000 kasus hingga akhir Maret untuk memberikan gambaran yang lebih jelas.

Penelitian yang ada di dalam jurnal PNAS, awalnya menyatakan bahwa tipe C adalah yang paling umum di Eropa.

Baca Juga: Kemendikbud Luncurkan Program Belajar dari Rumah Lewat TVRI, Catat Jadwalnya!

Tetapi data sekarang menunjukkan tipe B lebih banyak menyebar di daerah Eropa, tepatnya dari pasien di Swiss.

Itu terjadi setelah dua studi genetik terpisah menemukan sebagian besar wabah New York berasal dari Eropa.

Serta mengungkapkan bahwa infeksi itu menyebar pada pertengahan Februari,
beberapa minggu sebelum kasus pertama dikonfirmasi di Kota di negara tersebut.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler