Dokumen Rahasia yang Bocor Kaitkan Xi Jinping dan Pejabat Partai dengan Kekejaman pada Uighur

1 Desember 2021, 15:41 WIB
Menurut sebuah dokumen rahasia yang bocor, Xi Jinping serta beberapa pejabat partai berkaitan dengan kekejaman pada Muslim Uighur. /REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

PR TASIKMALAYA – Sebuah dokumen rahasia yang bocor menyebutkan bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping dan pejabat di Partai Komunis lainnya telah secara langsung dikaitkan dengan kekejaman terhadap kaum Uighur.

Dokumen itu berisi transkrip pidato yang diberikan oleh Xi Jinping, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dan pejabat lainnya yang secara langsung mengarah pada pembuatan kamp pendidikan ulang.

Bukan hanya itu, dokumen tersebut juga mengungkit soal sterilisasi paksa dan pemindahan kerja paksa orang Uighur, menurut para analis.

Ini adalah pertama kalinya Xi Jinping secara langsung dikaitkan dengan apa yang oleh pemerintah barat digambarkan sebagai genosida di wilayah Xinjiang barat di Tiongkok.

Baca Juga: Sidang Dugaan Terorisme Eks Petinggi FPI Diamankan 300 Personel Gabungan

Hal ini juga dianggap sebagai pertama kalinya dokumen Partai Komunis yang bersifat sangat rahasia bocor.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Daily Mail, dokumen yang mencapai 317 halaman itu pertama kali diserahkan ke Pengadilan Uighur yang saat ini sedang berlangsung di London.

Kemudian, dokumen itu diteruskan ke panel ahli yang dipimpin oleh akademisi Jerman, Adrian Zenz, untuk dianalisis.

Baca Juga: Raffi Ahmad Berikan ‘Rayyanza Malik Ahmad’ untuk Nama Anak Kedua, Intip Arti Kebaikan di Dalamnya

Ringkasan dokumennya, termasuk terjemahan dan makalah asli, diterbitkan untuk pertama kalinya pada Sabtu, 27 November 2021 lalu.

Zenz memaparkan bagaimana pidato yang diberikan oleh Xi Jinping, Li Keqiang dan pejabat lainnya setelah serangan teror di Tiongkok pada tahun 2013 dan 2014,  yang dituduhkan pada separatis Uighur.

Kejadian itu mengarah pada pembentukan rezim yang sekarang menindas dan menganiaya Muslim Uighur di Xinjiang.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Pangeran Harry dan Meghan Markle Rupanya Berikan Bantuan Khusus untuk Kerajaan Inggris

Analisisnya merinci bagaimana kata-kata yang diucapkan oleh Xi Jinping dan yang lainnya kemudian dikutip oleh mereka yang mengembangkan dan menerapkan rezim tersebut.

Dalam satu contoh, Zenz mencatat bagaimana Xi Jinping memberikan pidato tahun 2014 di mana dia menyatakan mereka yang harus ditangkap, dan mereka yang harus dihukum setelah serangan.

Ungkapan yang sangat mirip kemudian digunakan oleh Cheng Quanguo, seorang pejabat partai yang mengawasi tindakan keras Uighur di Xinjiang.

Baca Juga: Syakir Daulay ke Ameer Azzikra: Sahabat Sampai Mati Udah Ditepatin, Tinggal se-Surga

Dia memberikan pidato tahun 2017 yang terkenal di mana dia mengatakan untuk mengumpulkan semua orang yang harus ditangkap.

Pidato Quanguo diberikan dalam konteks penangkapan orang Uighur untuk dikirim ke kamp pendidikan ulang paksa.

Dalam pidato lain, Xi Jinping menyebut ekstremisme agama sebagai racun yang harus dikoreksi dengan obat untuk mendukung yang benar dan menyingkirkan yang jahat.

Baca Juga: Ini Respon Jerinx SID Setelah Polda Metro Jaya Berikan Pernyataan Terkait Kasus Ancaman yang Berlanjut

Pada tahun 2017, sebuah laporan kerja dari kamp re-edukasi menggunakan frasa yang sama persis sambil menilai tujuan pekerjaannya.

Pidato Xi Jinping tahun 2014 juga tampaknya telah mengilhami sterilisasi paksa dan kampanye pengendalian kelahiran yang menargetkan wanita Uyghur di Xinjiang.

Pidato itu menyebut bahwa proporsi populasi dan keamanan populasi adalah fondasi penting untuk perdamaian dan stabilitas jangka panjang.

Pernyataan itu kemudian dikutip kata demi kata oleh seorang pejabat senior Xinjiang pada Juli 2020, yang menggunakannya untuk menyatakan bahwa populasi etnis Han di Xinjiang terlalu rendah.

Baca Juga: Catat, Inilah Jadwal Perjalanan Kereta Api Stasiun Tasikmalaya Terbaru Desember 2021

"File-file tersebut menunjukkan bahwa Xi Jinping, Perdana Menteri Li Keqiang dan mantan pejabat pemerintah pusat lainnya secara langsung dan tidak langsung menuntut kebijakan yang kemudian diterapkan," tulis Zenz.

Ini bukan pertama kalinya para pemimpin senior Tiongkok dikaitkan dengan tindakan keras terhadap Uyghur di Xinjiang.

Pada tahun 2019, New York Times menerbitkan kumpulan informasinya sendiri yang menurut Zenz mencakup banyak dokumen yang sama yang diminta untuk dianalisis.

Sementara itu, Beijing dengan keras dan konsisten membantah bahwa kebijakannya di Xinjiang merupakan genosida, dan berpendapat bahwa pihaknya melakukan operasi anti-teror.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler