Punya Manfaat Lebih, ASI Diklaim Mengandung 80 Persen Antibodi untuk Lawan Virus Corona

31 Juli 2020, 17:00 WIB
ILUSTRASI ibu yang menyusui.* /PIXABAY/

PR TASIKMALAYA - Air Susu Ibu (ASI) telah dikenal luas karena manfaatnya yang sangat kuat sebagai penambah kekebalan untuk bayi, juga membantu memerangi infeksi tertentu. 

Ketika mewabahnya virus corona, diketahui bagaimana ASI juga bisa bermanfaat.

Para ilmuwan juga berdebat tentang apakah virus dapat ditularkan melalui ASI.

Baca Juga: Temukan Berbagai Pelanggaran dalam PPDB 2020, KPK Minta Kemendikbud Perbaiki Sistem Zonasi

Dalam kasus ibu di AS, Michelle Agard, dokter menyarankan dia untuk berhenti menyusui bayinya yang baru lahir dan anaknya yang masih berusia 1 tahun setelah dia didiagnosis dengan Covid-19.

Namun Rebecca Powell, seorang ahli imunologi ASI di Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai, mendorong penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan manfaat antibodi ASI terhadap virus corona.

Dengan sebagian besar penelitian berfokus pada antibodi dalam darah.

"Tidak banyak penelitian tentang ASI sebagai pengobatan Covid-19 yang potensial, apalagi manfaatnya," jelas Powell, dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Asia One.

Baca Juga: Kasus Virus Corona Dekati Angka 17 Juta, Covid-19 Dinilai Jadi Pandemi Terburuk yang Dihadapi WHO

Untuk mengembangkan kemungkinan pengobatan antibodi untuk virus tersebut, Powell bekerja sama dengan Agard, untuk mengumpulkan sampel ASI.

Lebih dari 50 sampel ASI telah dikumpulkan secara pribadi oleh Powell sejauh ini, dengan lebih dari 800 sampel dikirim ke labnya.

Dia juga berusaha untuk menjaga agar pengumpulan ASI tidak melakukan kontak dekat saat dia bepergian dari rumah ke rumah orang lain.

Dalam penelitian Powell, antibodi virus corona ditemukan dalam ASI sebanyak 80 persen.

Baca Juga: Ragukan Surat Sakit Djoko Tjandra saat Absen dalam Sidang PK, JPU: Dokternya Harus Diperiksa

"Antibodi dalam ASI sangat sulit dibandingkan dengan yang ditemukan dalam darah, karena mereka dirancang untuk bertahan hidup untuk membantu menghalangi infeksi," kata Powell.

Penelitian ini bisa menjanjikan dalam mengembangkan perawatan potensial, mengingat para ahli berusaha untuk menciptakan terapi antibodi yang dapat melemahkan virus corona, atau bahkan mencegah infeksi.

Meski begitu, para peneliti berusaha untuk menyoroti bahwa memiliki antibodi dalam ASI tidak berarti itu menjamin kekebalan terhadap virus corona untuk anak-anak.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan antibodi virus corona dapat mulai berkurang hanya dalam dua bulan setelah infeksi.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Terdapat Gambar Senapan dan Logo Palu Arit di Uang Pecahan Rp 100.000?

Sementara orang tua dapat lega mendengar bahwa antibodi virus corona hadir dalam ASI, justru Seema Yasmin, direktur Stanford Health Communication Initiative, memberikan peringatan.

"Kami berada di masa awal penyakit dan penelitian tentang antibodi dalam ASI sehingga saya khawatir tentang siapa pun yang meerasa aman saat menyusui anak mereka, dan dengan asumsi bahwa anak itu memiliki tingkat perlindungan yang lebih tinggi terhadap Covid-19," katanya.

Namun penelitian Powell ini juga membutuhkan lebih banyak dana dan data yang bisa memberikan harapan bagi para ibu.

"Saya sangat senang bahwa (antibodi virus corona) ada dalam ASI saya karena saya tahu saya tidak bisa memberikan darah saya kepada anak-anak saya, tetapi saya tahu bahwa saya bisa memberi mereka ASI saya. Jadi saya senang dengan hal itu," kata seorang ibu.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Asia One

Tags

Terkini

Terpopuler