Sering Scrolling Informasi Negatif? Hati-hati Terindikasi Doomscrolling, Simak Penjelasannya

2 Maret 2023, 07:47 WIB
Ilustrasi - Hati-hati terindikasi Doosmcrolling, berikut penjelasannya. /Pixabay/LoboStudioHamburg

PR TASIKMALAYA - Selama pandemi COVID-19, gerak dan aktivitas manusia sangat terbatas di mana aktivitas sebagian besar dilakukan di dalam rumah. Selama kurang lebih dua tahun lamanya, manusia sangat bergantung pada teknologi dan media sosial.

Ketergantungan tersebut akhirnya memunculkan kebiasaan scrolling yang hingga kini masih mengakar di masyarakat. 

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari RD.com, terdapat sebuah fenomena yang muncul akibat kebiasaan scrolling berlebihan mengenai topik-topik yang bersifat negatif. Fenomena tersebut dikenal dengan istilah Doomscrolling

Doomscrolling adalah kecenderungan untuk terus menjelajahi atau menelusuri berita buruk, meskipun berita itu menyedihkan, mengecilkan hati, atau membuat depresi. Fenomena ini dapat dimaknai juga dengan kecenderungan individu menyaksikan dunia. 

Baca Juga: Pembangunan IKN Harus Mempertimbangkan Aspek Kesehatan Masyarakat, Berikut Penuturan Ahli

Istilah ini belum secara resmi terdaftar dalam kamus juga bukan perilaku psikologis yang secara resmi diakui. Namun fenomena tersebut sudah muncul sejak tahun 2018 lalu, hingga berkembang semakin populer pada tahun 2020.

Saat itu istilah ini lebih dikenal dengan Doomsurfing. Sebuah studi di Universitas Florida pada tahun 2022 menemukan fakta bahwa fenomena ini adalah konsep dan perilaku baru yang dapat diukur, salah satunya dari segi dampak yang dirasakan individu akibat terlalu banyak terpapar informasi negatif. 

Doomscrolling pada dasarnya bukan hanya kecenderungan konsumsi berita negatif yang dimuat di internet maupun sosial media, melainkan juga segala jenis informasi negatif yang dapat khalayak terima. Mereka tak hanya mengamati satu jenis sumber informasi melainkan berbagai jenis sumber dengan topik yang sama.

Baca Juga: Tes IQ: Saking Cantiknya, Si Jenius Terpakau dan Tidak Sadar dengan 3 Perbedaan pada Gambar Gadis Ini!

Berdasarkan sebuah penelitian dari Universitas California pada tahun 2013, paparan informasi negatif mengenai insiden 9/11 dalam periode yang cukup panjang dapat mempengaruhi masalah kesehatan beberapa tahun selanjutnya.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa terlalu banyak menerima informasi negatif terkait peristiwa pengeboman di event Maraton Boston dapat membuat seseorang terkena stress akut.

Menurut ahli psikologi bernama Sherry Benton, dampak Doomscrolling terhadap kesehatan akan terasa dalam beberapa waktu setelahnya. Menurutnya, terlalu banyak konsumsi informasi dapat membuat sistem tubuh kita kewalahan.

Dampak penerimaan informasi negatif yang terlalu banyak nyatanya cukup signifikan. Semakin banyak informasi negatif didapatkan, seseorang akan mulai merasa stress, cemas, hingga depresi. 

Baca Juga: Jangan Lewatkan! The Glory Part 2: Aksi Balas Dendam Akan Segera Dimulai Dong Eun

Di dalam tubuh manusia ada kandungan steroid alami tingkat tinggi bernama kortisol. Kortisol inilah yang dapat merusak tubuh apabila kadarnya berlebihan.

Seseorang dapat mengalami masalah pencernaan, sakit kepala, masalah tidur, gangguan konsentrasi, dan penyakit jantung. Kortisol dan stress berat juga dapat menyebabkan penambahan berat badan.

Selain itu berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2022 dan 2021, Doomscrolling dapat memperburuk kesehatan mental, memperdalam rasa tidak aman, meningkatkan perasaan tidak berdaya, dan mengganggu otak dalam proses interpretasi informasi.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Ahok Resmi Jadi Ketua KPK? Simak Faktanya Berikut Ini

Doomscrolling ini erat kaitannya dengan kecanduan menggunakan ponsel, tablet, maupun alat elektronik lainnya. Maka dari itu untuk menghindari kebiasaan ini, seseorang harus melakukan berbagai hal yang membuat kecanduan penggunaan ponsel ataupun tablet berkurang. 

Pertama, tegas dan disiplin pada diri sendiri untuk membatasi waktu kegiatan scrolling. Kedua, hindari memainkan ponsel ataupun tablet saat hendak tidur. Ketiga, mengatur notifikasi pada ponsel, bahkan kalau perlu jangan pasang aplikasi berita.

Selain itu, setiap orang juga dapat menyibukkan dirinya pada aktivitas yang sesungguhnya. Alokasikan waktu kosong yang dimiliki dengan olahraga, memasak, membaca buku, ataupun kegiatan positif lainnya.

Pada intinya untuk mengatasi kecanduan ini, setiap individu harus mampu mengontrol dirinya, mengetahui kapan waktu untuk memulai dan kapan waktunya untuk mengakhiri.***

Editor: Wulandari Noor

Sumber: RD.com

Tags

Terkini

Terpopuler