Flexing: Ketahui Penyebab dan Bahaya Negatifnya

26 Februari 2023, 05:23 WIB
Ilustrasi flexing. Kenali penyebab dan bahaya dari felxing. /Pixabay/Kredite

PR TASIKMALAYAFlexing menjadi pembicaraan hangat di kalangan generai milenial dan generasi Z. Fenomena flexing yang semakin marak ditemui, tentu memiliki penyebab dan mendatangkan dampak negatif.

Sebelum mengetahui penyebab dan bahaya negatifnya, flexing sebagai istilah gaul didefinisikan sebagai kepribadian seseorang yang gemar menyombongkan diri, biasanya kekayaan menjadi objek yang disombongkannya.

Sedangkan berdasarkan Cambridge Dictionary, flexing merujuk pada sesuatu yang individu miliki atau raih dengan cara yang dianggap orang lain tidak menyenangkan.

Misalnya perilaku flexing yang banyak dijumpai di media sosial, seperti artis atau influencer yang memamerkan gaya hidup atau merek barang mewah tertentu.

Baca Juga: Jam Tayang dan Link Nonton Taxi Driver 2 Episode 4: Jadi Dalang Kasus Penipuan, Yoo Sang Gi Dihukum

Dicky C. Pelupessy, Ph.D seorang pakar psikologi sosial menilai bahwa perilaku flexing pada seseorang yang sering muncul di media sosial diakibatkan oleh masalah insecurity (ketidakamanan) dan self-esteem (harga diri) yang rendah.

“Sebenarnya kalau kita lihat dari kacamata psikologis, di situ ada problem dengan self-esteem orang tersebut. Ada problem dengan rasa aman, rasa nyamannya, jadi ada insecurity yang kemudian dia cari kompensasinya,” jelas Dicky pada Sabtu, 25 Februari 2023.

Dicky menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri yang menjadi penggerak perilakunya. Ketika kesadaran dan rasa penghargaan dirinya rendah, seseorang cenderung menginginkan pengakuan dan pujian dari orang lain.

Permasalahannya adalah sebagian orang merasa flexing dapat menjadi sebagai sarana untuk memperoleh pengakuan dari lingkungan sekitarnya.

Baca Juga: Tes IQ: Say Cheese! Coba Hitung Ada Berapa Perbedaan pada Potret Keluarga Bahagia Ini dalam 22 Detik

“Dia berusaha mengompensasi dengan cara flexing. Dia pikir kalau, ‘saya punya harta benda yang mahal, yang mungkin tidak semua orang bisa miliki, terbatas’ itu akan membuat dia akan dinilai orang lebih baik dan lebih hebat. Kemudian nanti. ‘saya akan mendapat sehingga saya merasa aman dan nyaman’,” tambah Dicky.

Dari sudut pandang pemirsanya, flexing dapat mempengaruhi alam bawah sadar manusia. Sehingga biasanya seseorang akan mengikuti orang lain yang dianggap memiliki power yang lebih besar.

Kondisi tersebut menyebabkan seseorang terkena pengaruh negatif flexing. Seseorang akan merasa ketakutan kehilangan momentum apabila tidak mampu mengikuti trend atau kekayaan yang banyak dipamerkan di media sosial. Umumnya seseorang yang merasa demikian, dirinya disebut mengalami Fear of Missing Out (FOMO).

Akibatnya, orang yang mengalami FOMO cenderung merasa sedih, iri, hingga minder untuk bertemu dengan teman-temannya apabila dirinya belum bisa mengikuti trend seperti orang lain.

Baca Juga: Arigatou Gozaimasu! Ada Berapa Perbedaan pada Tes IQ Gambar Ini? Si Teliti Pasti Bisa Menemukannya

Dicky menyampaikan bahwa setidaknya terdapat dua hal yang dapat dilakukan agar tidak terjebak dalam perilaku flexing, flexing, yaitu menerapkan counter thinking dan berpikir sejenak sebelum mengambil tindakan.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler