"Untuk perwujudan program pemetaan karakter dan talenta peserta didik misalnya, siapa yang akan melakukan? Keselarasan dunia kampus dengan DUDI, apa saja yang dibutuhkan?"
"Berapa banyak? Mana yang sudah tersedia dan belum? Kebijakan Merdeka Belajar yang akan berganti nama menjadi Kampus Merdeka hingga tiap perguruaan tinggi bisa membuka prodi baru, maka kebutuhan apa yanga ada? Apa yang tersedia? Dan berapa banyak?,” lanjut Ledia.
Baca Juga: Bukan Cuma Melawan Persib Bandung, Melaka United Malaysia Juga Tantang Cimahi FC
Mengingat, SDM menjadi salah satu hal yang paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan, Ledia khawatir terhadap beberapa kebijakan Nadiem yang terbilang sebagai program baru.
“Kalau persoalan pemetaan SDM pendidikan kita belum dituntaskan, dikhawatirkan program-program yang bagus akan menjadi mubazir dan tidak efektif karena belum terlihat apa yang dibutuhkan, apa yang tersedia, siapa pelaksana, siapa pengawas dan banyak lain-lain.
"Tanpa pemetaan SDM ini pula, lulusan SMK dan prodi-prodi di kampus bisa tidak sesuai ekbutuhan riil masyarakat di sekitarnya” tambah Ledia.
Sebagai contohnya, Ledia memaprkan terakit prodi kesehatan yang dimoratorium karena taggapan bahwa tenaga medis sudah terlalu banyak.
Kenyataanya untuk semisal Papua dan wilayah timur lainnya masih kekurangan, banyak tenaga kesehatan yang tidak selalu bermakna dokter, melainkan termasuk bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
“Kami berharap program-program baik untuk pencapaian SDM unggul masa depan itu bisa terlaksana dengan tepat guna, tepat sasaran dan sesuai anggaran," tutup Ledia.***