Belum Selesai dengan KAMI, Ucapan Moeldoko Ciptakan Kontroversi hingga Buat Dokter Indonesia Geram

- 5 Oktober 2020, 17:00 WIB
Mantan Panglima TNI Moeldoko.
Mantan Panglima TNI Moeldoko. /Twitter.com/@generalmoeldoko/

PR TASIKMALAYA - Jenderal (Purn) Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan, yang masih belum menuntaskan perkara dengan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), kembali memberikan keterangan kontroversial.

Kali ini, Moeldoko memohon agar rumah sakit tidak gegabah menentukan setiap pasien yang wafat disebabkan oleh virus corona.

Keterangan ini memicu protes dari kalangan dokter, baik di dunia maya ataupun dunia nyata. Para dokter tersebut menegur Moeldoko bersamaan.

Baca Juga: Dirgahayu Ke-75, Berikut Sejarah TNI dari Awal Dibentuk Hingga Saat ini  

Keributan timbul selepas Moeldoko menjumpai Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, di Semarang pada Kamis, 1 Oktober 2020.

Mantan Panglima TNI ini berpendapat, ada beberapa orang yang sebenarnya negatif Covid-19, tapi divonis sebaliknya.

Moeldoko bahkan berterus terang mendengar adanya seseorang yang meninggal karena kecelakaan, tetapi ditetapkan sebagai kasus positif Covid-19.

"Jangan semua kematian definisinya mati karena Covid. Ini perlu diluruskan," Moeldoko menegaskan.

Baca Juga: Longsor Tutupi Akses Jalan di Dua Desa Cianjur, BPBD Terkendala Alat Berat

Karena hal tersebut, Moeldoko membenarkan rencana pemerintah untuk menentukan ulang kematian yang disebabkan Covid-19 yang disetujui oleh Ganjar.

Politisi PDIP ini bersaksi kasus semacam itu pernah terjadi di wilayah pimpinannya.

Ada seseorang yang ditetapkan positif Covid-19, padahal hasil tesnya belum dirilis. Rupanya, setelah orang tersebut meninggal, hasil tesnya malah negatif.

"Ini kan kasihan. Ini contoh-contoh agar kita bisa memperbaiki hal ini," tuturnya. 

Baca Juga: Diklaim Bisa Bantu Lawan Kekuatan Barat, Pangkalan Militer Rusia di Suriah Punya Peranan Penting

Sekarang, jika ada pasien yang meninggal di RS, dokter wajib memberikan evaluasi data kematian. Data itu akan diverifikasi terlebih dahulu sebelum divonis Covid-19 atau bukan.

Sisi negatifnya, pengaplikasian sistem seperti itu akan menyebabkan terlambatnya informasi data jumlah kematian.

"Itu lebih baik daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," kata Ganjar.

Namun, kalangan dokter tidak setuju dengan tuduhan dari Moeldoko dan Ganjar. Para dokter pun ramai-ramai memberikan penolakan di media sosial.

Baca Juga: Covid-19 Masuki Area Pondok Pesantren, Ganjar Minta Penanganan Khusus

"Tudingan bahwa RS meng-covid-kan pasien untuk mendapatkan anggaran ini berbahaya, apalagi diucapkan oleh pejabat negara," kata dokter spesialis jantung, Berlian Idris, melalui akun Twitter miliknya.

Nyatanya saat keterangan itu belum keluar, sudah banyak tenaga kesehatan yang diserang tudingan negatif masyarakat. Adanya keterangan tersebut telah memperburuk situasi.

"Saya sendiri pernah diserang secara verbal, dituduh meng-covid-covidkan pasien," Dokter Berlian mengungkapkan.

Sangkalan pun diajukan oleh Tonang Dwi Ardyanto, dokter sekaligus akademisi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Baca Juga: Naik SUV Hitam, Donald Trump Sapa Pendukung saat Masih Positif Covid-19

Tonang beranggapan bahwa keterangan Moeldoko dan Ganjar itu telah menumbuhkan keraguan masyarakat terhadap layanan kesehatan, ketika kepercayaan adalah hal yang sangat berharga untuk para dokter.

"Kerja keras membangun trust, runtuh sekejap. Sadarkah Pak?" tulis Tonang di Twitter.

dr. Andi Khomeini Takdir juga menulis dalam sebuah cuitan akun Twitternya yang menyesalkan ungkapan Moeldoko tersebut.

Ia beranggapan untuk apa RS menetapkan seorang pasien yang negatif menjadi positif.

Baca Juga: 8 Tips Agar Selalu Bahagia saat Pandemi Covid-19, Salah Satunya Berjemur

"Meng-covid-kan pasien? Apa untungnya? Bagaimana caranya? Ckckck," tulisnya.

Bukan di dunia maya saja, dokter-dokter lain pun angkat bicara di dunia nyata. Erlin Burhan, dokter spesialis paru di RS Persahabatan, menjadi salah satu yang menyangkal tuduhan Moeldoko-Ganjar.

"Dokter tidak akan menulis diagnosis Covid-19 kalau tidak ada bukti, buat apa dokter meng-covid-kan pasien?" ia menuturkan.

Erlin berkata selama ini ada banyak masyarakat yang tidak paham bahwa gejala yang diakibatkan Covid-19 berbeda-beda berdasarkan organ tubuh yang terserang.

Baca Juga: Garam Rakyat Bakal Dapat Sentuhan Teknologi dari Pemerintah

Virus corona sesungguhnya mampu menyerang organ tubuh di samping saluran pernapasan, seperti saluran pencernaan, organ jantung, pembuluh darah, pankreas, bahkan otak.

Minimnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat memicu tuduhan bahwa para dokter telah mendiagnosis secara sembarangan.

"Kadang-kadang pasien datang dengan gejala stroke dan positif Covid-19, lalu keluarga marah-marah ke dokter karena merasa yang dialaminya gejala stroke, padahal infeksi Covid-19 juga," Erlin yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Dokter Paru Indonesia Jakarta itu menjelaskan.

Dia menganjurkan masyarakat untuk tidak berburuk sangka kepada para dokter yang mendiagnosis Covid-19.

Baca Juga: Garam Rakyat Bakal Dapat Sentuhan Teknologi dari Pemerintah

Tidak sekedar dari kalangan dokter, pertentangan pun datang dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).

Organisasi yang menghimpun seluruh RS di Tanah Air ini menilai ungkapan dari Moeldoko-Ganjar tersebut menyinggung.

"Mohon maaf, kami sudah lelah. Jika ada bukti dan terbukti, silakan oknum rumah sakit diberi sanksi saja. Mohon jangan sakiti tenaga kesehatan dan RS yang sudah melayani pasien dengan segala risiko," cuit Anjari Umarjiyanto, Ketua Kompartemen Public Relations dan Marketing PERSI, di akun Twitternya, @anjarisme.

Baca Juga: YGTP Kota Sorong Bantu Kelompok Usaha di Tengah Pandemi Covid-19

Anjari merasa prihatin terhadap tuduhan tersebut. Karena yang dilaksanakan RS justru adalah sebuah kepatuhan dalam mempraktikan protokol kesehatan penindakan pasien Covid-19 yang meninggal.

"Ini dipersepsikan keliru. Padahal tujuannya mencegah terjadinya penularan dan penyebaran Covid-19," sesalnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x