PR TASIKMALAYA – Iklim La Nina saat ini terpantau di Samudra Pasifik Ekuator, dan diperkirakan akan menjadi intensitas moderate hingga akhir 2020.
Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan yang diduga hal ini akan berdampak pada wilayah Indonesia.
“Dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada Oktober-November, peningkatan curah bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera,” ujar Herizal selaku Deputi Bidang Klimatologi Badan meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Baca Juga: Mengejutkan! Kurang dari Sehari, MV Blackpink ‘Lovesick Girls’ Tembus 53 Juta Viewers di Youtube
Berdasarkan pengamatan hingga akhir September 2020, anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan bahwa anomali iklim La Nina saat ini sedang berkembang.
Berdasarkan Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan bahwa, suhu permukaan laut di wilayah pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomaly, telah melewati angka minus 0,5 derajat Celcius. Nilai tersebut berada di ambang batas kategori La Nina.
Selain itu, perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah minus 0,6 derajat celcius, yang terjadi antara Agustus dan minus 0,9 derajat Celcius pada September 2020.
Baca Juga: Banyak Akun yang Berharap Donald Trump Meninggal, Twitter dengan Tegas Siap Beri Sanksi
Berdasarkan keterangan BMKG dan layanan iklim lainnya, seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), dan JMA (Jepang) memperkirakan La Nina akan dimulai pada bulan Januari-Februari, dan berakhir pada Maret-April 2021.