Heboh Tokoh PKI DN Aidit Disebut Keturunan Habaib, Habib: Tolong Bedakan Marganya

- 26 September 2020, 06:29 WIB
LAMBANG Palu dan Arit yang identik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI)
LAMBANG Palu dan Arit yang identik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) /Pixabay/.*/PIXABAY

PR TASIKMALAYA – Warganet ramai memperbincangkan DN Aidit (Tokoh Partai Komunis PKI) di Twitter.

Warganet memperbincangkan bahwa Aidit memiliki garis keturunan habaib.

Menanggapi hal tersebut, Dewan Syuro Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al Musawa mengklarifikasi masalah tersebut.

Baca Juga: Dibakar Usai Ditembak Pasukan Korea Utara, Pejabat Korsel Diduga Berusaha Membelot dengan Berenang

Habib Nabiel Al Musawa memastikan bahwa Aidit bukan keturunan habaib.

“Bedakan marga Al-Aidid (Habaib) dg DN Aidit bukanlah Habaib, sudah dibantah panjang lebar dan dijelaskan secara rinci nasabnya oleh Rabithah Alawiyyah Pusat Indonesia tentang hal ini, afwan ankku semoga jelas,” ujar Habib nabiel di akun Twitternya @nabiel_almusawa menjawab pertanyaan salah seorang warganet.

Sebelumya, Ketua Umum Rabithah Alawiyah Zen Umar Smith menyebutkan, jika DN Aidit bukan cucu Alawiyyin.

Hal tersebut perlu ditegaskan, karena terkait dengan marga Aidid dan salah satu dalang pemberontakan G30S PKI.

Baca Juga: Peringatan untuk Kepala Daerah Peserta Pilkada: Dilarang Gunakan Fasilitas Negara Ketika Kampanye

Marga Aidid dan diabaikan dalam kamus-kamus ensiklopedi kini tercoreng oleh gembong PKI. Bahkan nama DN Aidit, dianggap dapat menjelekkan nama baik semua warga Alawiyyin pada umumnya.

“D.N Aidit bukanlah anak cucu Alawiyyin, karena silsilah nasabnya tidak ditemukan dalam kitab pegangan yang dijadikan pedoman lembaga nasab yang ada di Indonesia,” jelas Habib Zen.

Tercorengnya marga Al-Aidid dapat berdampak pada nama baik Sayyidina Husain RA sebagai anak cucu Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan penuturan atau fatwa dari para sesepuh Alawiyyin, nasab dimulai saat hijrahnya pedagang Arab dari marga Al-Aidid ke Kota Palembang.

Baca Juga: Pulau Jawa Diprediksi Berpotensi Tsunami Setinggi 20 Meter, BMKG Dorong Upaya Mitigasi Bencana

Hal tersebut dikuatkan oleh sumber-sumber dari media cetak yang terbit dalam kurun waktu tahun 1960.

“Pedagang itu menikah dengan seorang janda penduduk setempat yang telah mempunyai seorang anak bernama Nuh,” jelasnya.

Nuh menjadi anak angkat dari saudagar Arab tersebut, dan menganggap dirinya sebagai keturunan marga Al-Aidid.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, Al Aidid berubah menjadi Aidit oleh bahasa setempat.

Baca Juga: Masih Banyak Pelanggar Protokol Kesehatan, Pemprov Jakarta Terima Rp 4,6 Miliar dari Denda PSBB

“Huruf D pada akhir kata Aidid diganti dengan huruf T, sehingga namanya menjadi Nuh Aidit. Setelah Nuh Aidit dewasa, dia menikah dan dari pernikahannya lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama Jakfar,” ujarnya.

Setelah Nuh dan istrinya meninggal dunia, Jakfar bin Nuh dibawa ke Jakarta dan diasuh keluarga pamannya (adik ibu).

Setelah itu, ketika Jakfar bin Nuh dewasa dia terpengaruh ajaran-ajaran komunis, sehingga menjadikannya bagian dari anggota Partai Komunis Indonesia.

Baca Juga: Imbau Tanam Cabai Merah sebagai Tanggapan Keluhan Para Petani, Bupati Garut Diminta Pahami Permentan

“Selanjutnya, dia mengganti namanya dengan Dipa Nusantara Aidit, yang kelak merupakan gembong komunis di Indonesia,” jelasnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x