Risma Diduga Ditolak Warga NTT, Elit Demokrat Yan Harahap: Pencitraan Boleh, Tapi Jika Overdosis?

- 12 April 2021, 13:01 WIB
Elit Demokrat, Yan Harahap menanggapi soal warga Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga menolak bantuan dari Mensos Risma.*
Elit Demokrat, Yan Harahap menanggapi soal warga Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga menolak bantuan dari Mensos Risma.* /Instagram/@yanharahap

PR TASIKMALAYA- Telah viral sebuah video yang memperlihatkan bagaimana sejumlah warga Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga menolak bantuan yang disalurkan lantaran menganggap bantuan tersebut hanya 'pencitraan' dari Mensos Risma.

Tak hanya itu, para pengungsi bencana NTT bahkan diduga menolak untuk bertemu secara langsung dengan Menteri Sosial (Mensos) Risma saat meninjau lokasi bencana.

Sontak video tersebut menuai banyak komentar banyak pihak. Salah satunya yakni Elit Demokrat, Yan Harahap.

Baca Juga: Hengky Kurniawan Sentil Hubungan Billy Syahputra dan Amanda Manopo, ini Reaksi Billy!

Sejalan dengan pernyataan seseorang yang diduga sebagai korban bencana dalam video tersebut, Yan Harahap dalam cuitannya juga mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan Tri Rismaharini merupakan pencitraan yang tidak sesuai dosisnya.

Tak hanya itu, Yan Harahap juga mengungkapkan bahwa sebenarnya pencitraan memang boleh dilakukan. 

"Pencitraan boleh-boleh saja, asal digunakan sesuai ‘dosisnya’. Jika over dosis?" kata Yan Harahap dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari akun Twitter @YanHarahap, Minggu, 11 April 2021.

Sebelumnya, dalam video tersebut diketahui seorang warga yang dilaporkan sebagai pengungsi dan relawan tidak terima dengan sikap donatur yang membawa pulang kembali bantuan yang dibawa sesaat setelah sesi foto dan syuting video dokumentasi.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta, Senin 12 April 2021: Nino Pergoki Kiriman Bunga dari Ricky untuk Elsa?

Dalam video tersebut tampak seorang warga dengan baju lengan panjang meminta donatur membawa pulang kembali barang-barang yang disumbangkan sehingga bantuan yang disampaikan tersebut dinilai sebagai bagian dari formalitas belaka.

Sedangkan apa yang telah mereka lakukan untuk menuju lokasi tempat bantuan tersebut, para relawan dan pengungsi mengaku harus mempertaruhkan nyawa.

"Kami disuruh mencari, melewati lembah, kami taruhan nyawa bapak, jangan karena urusi barang ini bapak, bawa pulang saja," kata relawan itu.

Seolah merasa kesal dengan prosedur penyaluran bantuan tersebut, para pengungsi juga mengungkapkan bahwa masih banyak donator yang ikhlas sehingga tak membutuhkan bantuan tersebut.

Baca Juga: Bahas Kualitas Kepemimpinan, Rocky Gerung: yang Paling Buruk Komisaris Jadi Mata-mata Dewan Ideologi

“Kalau mau menteri atau wakil gubernur datang ke sini, wakil gubernur semalam ngomong dengan saya di TV, beliau bilang mau datang ke sini, tetapi kalau prosedurnya seperti ini ambil di sini, difoto lalu dibawa lagi itu, bawa langsung pulang, terlalu ribet, bawa pulang saja bapak, kami tidak butuh," ucapnya.

Lebih lanjut, seorang pria dalam video tersebut juga menyatakan kekecewaannya pada petugas kecamatan yang terlihat sejak banjir hari pertama.

"Datang pas hari H, seolah-olah memerintah kami di sini. Bapak, posko kami ini posko relawan murni. Kami tidak membeda-bedakan," tutupnya.

Tak hanya itu, seorang relawan juga bahkan mengaku kesal pada pihak kecamatan yang menggiring para pengungsi untuk menemui Mensos Risma yang tengah berada di kantor camat.

Baca Juga: Fadli Zon: Jangan Biarkan Ada Fobia Islam di BUMN, Komisaris Bukan Direkrut dari Buzzer

Video tersebut salah satunya diunggah oleh pemilik akun Twitter @IpungLombok, 7 April 2021.

"Kenapa pula para pengungsi itu yang harus menemui Risma? Begitu pikir mereka. Itu yang kami tidak mau. Kalau menteri mau bertemu dengan pengungsi maka menteri datang ke sini," ucapnya.***

 

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Twitter @YanHarahap


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x