Peringati Hari Film Nasional Setiap 30 Maret, Berikut Sejarah Film di Indonesia!

- 30 Maret 2021, 07:35 WIB
Ilustrasi proyektor film - Berikut ini adalah sejarah film di Indonesia dimulai dari nama Usmar Ismail, di mana 30Maret dijadikan sebagai Hari Film Nasional.*
Ilustrasi proyektor film - Berikut ini adalah sejarah film di Indonesia dimulai dari nama Usmar Ismail, di mana 30Maret dijadikan sebagai Hari Film Nasional.* ///Pixabay/Free-Photos

Dewan Film Nasional pun kemudian menetapkan Hari Film Nasional di tanggal tersebut.

Film Darah dan Doa sukses di pasaran karena menggambarkan ideologi yang dimiliki oleh orang-orang Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya.

“Meskipun saya telah membuat dua buah film sebelum Darah dan Doa, film itu saya rasakan sebagai film saya yang pertama karena buat pertama kalinya, sebuah film diselesaikan seluruhnya baik secara teknis kreatif maupun secara ekonomis oleh anak-anak Indonesia. Buat pertama kalinya pula, film Indonesia mempersoalkan kejadian-kejadian yang nasional sifatnya,” sebagaimana dikutip Tasikmalaya.pikiran-rakyat.com dari kutipan buku Usmar Ismail Mengupas Film.

Baca Juga: Matchday 2 Grup D Piala Menpora 2021: Persita Dipastikan Tersingkir Setelah Kalah dari Persib

Setelah film Darah dan Doa, Usmar Ismail membuat film penting lainnya Enam Jam di Yogya, Lewat Jam Malam, Krisis, Lagi Krisis, Anak Perawan di Sarang Penyamun, Bayangan di Waktu Fajar, Tiga Dara, Asrama Dara, Toha Pahlawan Bandung Selatan, Pejuang, Anak Anak Revolusi, Tamu Agung, The Big Village, dan Ananda.

Perfini juga memproduksi film Harimau Campa dan Nyak Abbas Acup, Jendral Kancil, serta Tiga Buronan yang disutradarai D. Djajakusuma.

Usmar Ismail juga dianggap panutan beberapa sutradara terkenal seperti Teguh Karya, Syuman Djaya, Slamet Rahardjo, Ami Prijono, dan lain-lain.

Baca Juga: Fast and Furious 9 Segera Rilis, Putra Vin Diesel Akan Tampil sebagai Dom Versi Muda

Perfini hampir gulung tikar disaat film-film hiburan bermunculan seperti Dunia Gila, Main-main Jadi Sungguhan, Pura Pura Tidak Mau, Leilani, Kasih dan Cinta, Rodrigo de Villa, Gara-gara Janda Muda, Tabu karya H. Djamaluddin Malik dari Persari.

Ismail Usmar kemudian memproduksi film-film hiburan yang berkualitas seperti Krisis, Tiga Dara, dan Asrama Dara.

Halaman:

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Indonesia Baik


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x