“Kenapa? Karena benur itu adalah kekayaan daripada bangsa ini, kekayaan dari alam Indonesia. dia hanya boleh dibudidaya, sampai kemudian ukuran konsumsi,” kata Sakti Wahyu Trenggono.
Dia pun menjelaskan bahwa nilai tambah dari benur adalah ketika benur tersebut telah berada pada ukuran untuk konsumsi.
“Karena nilai tambahnya itu adalah di ukuran konsumsi. Kalau BBL yang dijual misalnya, tidak tahu harganya berapa,” ujar Sakti Wahyu Trenggono.
Oleh karena itu, dia menekankan bahwa jika benur tetap diekspor, yang akan kaya adalah negara yang membeli benur tersebut.
“Itu yang kaya negara yang membeli, karena dia tahan satu tahun saja, dia sudah bisa mendapatkan angka yang berpuluh-puluh atau beratus-ratus persen kenaikannya,” tutur Sakti Wahyu Trenggono.
Selain itu, kasus korupsi ekspor benur yang melibatkan mantan Menteri KKP Edhy Prabowo membuat status ekspor benur saat ini masih ditangguhkan.
“Sekarang di zaman saya ini, saya katakan sekarang ini sudah di-hold, akibat dari case itu,” ucap Sakti Wahyu Trenggono.
Tetapi, dia menegaskan ekspor benur tidak akan dibuka kembali, dan sepenuhnya akan diberhentikan.