Tanggapi Soal Hasil Survei Elektabilitas Capres 2024, Refly Harun Singgung Soal Skenario Megawati

- 27 November 2020, 15:15 WIB
Megawati.
Megawati. /Instagram.com/@ibumegawati


PR TASIKMALAYA - Refly Harun beberapa waktu lalu baru saja membahas soal hasil survei elektabilitas calon presiden (capres) 2024 yang diselenggarakan oleh Center for Political Communication Studies (CPCS).

Dalam survei tersebut, Prabowo Subianto diketahui menduduki di peringkat pertama dengan elektabilitas 19,2 persen yang selanjutnya diikuti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan elektabilitas sebesar 16 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 11,3 persen, dan
muncul nama baru yaitu Habib Rizieq Shihab dengan angka 7,1 persen.

Adapun Kemunculan nama Habib Rizieq secara otomatis menggusur Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang kini berada di urutan kelima dengan elektabilitas 6,6 persen dan diikuti mantan wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno dengan elektabilitas 5,8 persen.

Baca Juga: Abu Bakar Ba'asyir Terpidana Kasus Terorisme Kembali Dirawat di Rumah Sakit

Menanggapi hal tersebut, Refly harun menjelaskan bahwa untuk saat ini  yang bisa dengan santai mencalonkan capresnya adalah PDI Perjuangan (PDIP).

Sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari vudeo yang diunggah di akun youTubenya, Refly Harun memberikan keterangan. 

"Memang saat ini yang paling ongkang-ongkang kaki adalah PDIP jika presidential threshold tetap dipertahankan 20 persen kursi atau 25 persen suara anggota DPR," ujarnya, 

Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa hal tersebut lantaran PDI Perjuangan menjadi satu-satunya partai yang mendapat jumlah persentase di atas 20 persen.

Baca Juga: 5 Tersangka Pencabulan Anak di Bawah Umur Berhasil Diringkus, Kapolda: Pacar Biarkan Korban Dicabuli

"Maka hanya satu partai yang sudah mencapai 20 persen dalam pemilihan legislatif kemarin, karena basisnya adalah pemilihan legislatif kemarin tahun 2019 untuk Pilpres 2024 yaitu PDIP," ungkap Refly.

Berdasarkan hasil tersebut diketahui, Setelah PDIP, kursi terbanyak nomor dua diduduki oleh partai Golkar meski tidak sampai 20 persen, lalu diikuti oleh partai Gerindra, Nasdem, PKB, Demokrat, PKS, PAN, dan PPP. Jika ditotal ada sembilan partai politik di senayan yang
bercokol saat ini.

"Sembilan partai politik ini lah yang menurut hitungan kursi mencalonkan presiden dan wakil presiden untuk 2024," terangnya.

Namun selanjutnya ia juga menjelaskan bahwa perolehan angka 20 persen menjadi angka basis yang menjadikan PDIP telah memenuhi kursi dengan perolehan angka 20 persen tersebut. 

Baca Juga: Tokoh 212 Tidak Lagi di MUI, Ferdinand Hutahaean: Langkah Tepat Meski akan Buat Mereka Marah Lagi

"Tapi kalau basisnya suara kan 25 persen, pasti orang lebih memilih kalau basisnya kursi yang 20 persen lebih kecil," tambahnya.

Namun dalam hal ini Refly justru menyoroti dua nama yang merupakan dua calon besar PDIP yaitu Ganjar Pranowo dan Puan Maharani.

"Semuanya kan punya kendaraan politik, yang membedakan adalah kalau Gerindra sudah pasti Prabowo, tapi PDIP belum tentu Ganjar pranowo, tergantung bagaimana posisi terakhir PDIP dan Ganjar, apakah Ganjar masih pantas menjadi Capres nanti apakah beliau harus mengalah dengan Puan misalnya," jelasnya.

Dalam hal ini, Refly juga menyinggung soal kabar tentang skenario Megawati Soekarnoputri  yang tidak akan mengunggulkan Ganjar sebagai capres PDIP. Sehingga ia menyinggung soal kemungkinan pencalonan Prabowo-Puan.

Baca Juga: Tokoh 212 Tidak Lagi di MUI, Ferdinand Hutahaean: Langkah Tepat Meski akan Buat Mereka Marah Lagi

"Ada skenario Megawati barangkali tidak akan memajukan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden tetapi memasangkan Puan Maharani dengan Prabowo Subianto, dan itu jika dilihat dari spektrum politik arusnya sama mereka sebenarnya," ucapnya.

Refly juga menyampaikan bahwa ia menilai kedua partai tersebut, Gerindra dan PDIP memiliki pemikiran yang sejenis dan terkesan cocok jika Puan dan Prabowo dipasangkan.

"Sama-sama kiri luar, sama-sama partai nasionalis yang tidak pro pasar, yang cenderung nasionalistik, jadi kerja sama itu sudah terjalin di tahun 2009 sesungguhnya, dan sekarang mereka bersatu lagi dalam kabinet, jadi tidak ada konflik ideologis antara gerindra dan
PDIP sesungguhnya," tuturnya.

Namun dalam hal ini Refly juga tidak menampik bahwa ada kemungkinan lain yaitu kondisi atau kenyataan.posisi Ganjar Pranowo yang menduduki elektabilitas tinggi sebagaimana kasus Presiden Jokowi tempo hari.

Baca Juga: Ingin Lahirkan Ulama Bertaraf Internasional, Wagub Jabar Dorong Santri Kuasai 4 Kunci Kesuksesan

"Kalau nanti Ganjar ternyata elektabilitasnya seperti Presiden Jokowi kemarin nomor 1, mungkin saja Megawati akhirnya mengalah dan menyerah membiarkan Ganjar menjadi calon presiden dan bisa jadi berhadapan dengan Prabowo lagi," ucapnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x