Bicara Tentang Kaum Milineal, Fahri Hamzah: Mereka Tidak Bisa Disalahkan

2 November 2020, 17:53 WIB
Fahri Hamzah.* //Instagram/@fahrihamzah

PR TASIKMALAYA - Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah menegaskan, kaum milenial adalah generasi baru yang menyaksikan negara maupun dunia mengalami perubahan, termasuk dalam krisis berlarut akibat pandemi Covid-19 saat ini.

Karena itu, peran generasi milenial sangat diperlukan dalam perjalanan panjang suatu negara dan transisi demokrasi guna menciptakan negara yang sejahtera.

"Terlebih lagi, saat ini teknologi mengalami disrupsi yang dahsyat," ujarnya Senin, 2 November 2020, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dalam RRI.

Baca Juga: Jadi Tumpuan Ekonomi, Sektor Pertanian Sebagai Penolong di Masa Pandemi

Bahkan, sekarang ini ada disrupsi baru yang bukan saja oleh teknologi, tetapi juga karena pandemi virus corona atau Covid-19."

Mantan Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 inj menegaskan, disrupsi oleh pandemi Covid-19 dan teknologi sekaligus itu menciptakan kegalauan yang masif bagi generasi milenial.

Dia mengatakan, generasi milenial sekarang ini sebenarnya sedang mencari siapa panutan yang harus didengar, dan menentukan ke mana menuju dan melangkah.

"Ada baiknya untuk memahami dan menyadari bahwa jangan-jangan kegagalannya ada pada generasi yang seharusnya menjadi suri teladan," ujarnya.

Baca Juga: 6 Cara Mengelola Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19, Salah Satunya Meditasi

Contoh yang setiap hari ditiru dan dilihat baik itu kata-katanya, aksi, maupun polanya di dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, introspeksi paling besar harus dilakukan oleh politisi," tambahnya.

Melanjutkan pernyataannya, Fahri mengatakan kalau politikuslah yang diberi amanat untuk menjadi pendidik politik dan bangsa, diberi anggaran, akses kekuasaan, maupun uang negara untuk melakukan itu, harus menjadi panutan bagi generasi milenial, bukan sebaliknya.

"Jadi amanat pertama adalah kepada para pemimpin politik. Kalau sekarang ini menyaksikan milenial galau dan tidak sesuai dengan pandangan-pandangan politisi, di satu sisi itu adalah watak dari sebuah perubahan," jelasnya.

"Namun, yang penting adalah apakah kita (politisi) sudah memberi contoh yang cukup sehingga ekspektasi tentang kaum milenial itu memadai," ungkapnya.

Baca Juga: Minta Jajarannya Pulihkan Ekonomi, Jokowi: Kuartal Pertama 2021 Harus di Start dari Sekarang

Mantan aktivis mahasiswa 1998 itu menambahkan, amanat yang kedua adalah kepada tokoh dan agamawan.

Sebab, kata dia, tokoh dan agamawan juga punya mekanisme dan medium untuk membimbing kaum milenial supaya mereka memegang jati dirinya, maupun tuntunannya di dalam melangkah ke depan.

"Jadi kaum milenial itu tidak bisa disalahkan. Mereka tumbuh dengan zaman, ada kompleksitas yang mempengaruhi mereka," tuturnya.

Oleh sebab itu, politikus asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mengingatkan, politisi tidak boleh menanyakan apa yang sudah generasi milenial lakukan.

Sebab, kata dia, generasi milenial akan bertanya balik, apa yang sudah dicontohkan kepada mereka.

Baca Juga: Minta Jajarannya Pulihkan Ekonomi, Jokowi: Kuartal Pertama 2021 Harus di Start dari Sekarang

"Apakah politisi sudah berbuat cukup untuk menjelaskan kepada kaum milenial tentang mimpi bersama, beginilah cara melangkah ke depan. Saya kira, kalau pemimpin juga mengalami disorientasi, politisi mengalami kegalauan, maka tentu kegalauan itu akan lebih masif ke bawah," paparnya.

Menurut Fahri, faktanya sekarang kaum milenial tidak mau mendengar siapa pun sekarang ini.

Kaum milenial lebih memilih gadget mereka. Sebab, di dalam gadget itu ada ribuan fitur yang bisa dipilih kaum milenial.

"Kaum milenial punya hak pilih untuk menentukan siapa pun yang ingin mereka dengarkan. Sebagiannya mendengar orang-orang yang produktif dan positif, sebagiannya mendengar orang-orang yang negatif dan orang-orang yang destruktif," terangnya.

Fahri menjelaskan bahwa kesalahan para elite adalah tidak mendominasi cuaca kehidupan dengan alternatif yang baik.

Baca Juga: Jokowi: Tingkat Kesembuhan Covid-19 di Indonesia 82,84 Persen Lampaui Dunia

Padahal, ujar dia, politik diselenggarakan supaya orang punya alternatif pilihan yang baik, dan bahkan kekuasaan itu diselenggarakan agar kaum milenial memiliki alternatif yang baik untuk menyongsong masa depan mereka.

"Bukan kemudian alternatif yang kosong atau bahkan yang berkembang adalah alternatif yang negatif. Jadi bila ada yang harus disalahkan maka salahkan pemimpin. Dia akan bertanggung jawab terhadap keadaan rakyatnya maupun bangsanya. Ini introspeksi bagi semua, terutama yang senior," pungkasnya. ***

 

Editor: Tita Salsabila

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler